Paper ini mendiskusikan implementasi Enterprise
Resource Planning (ERP) dalam konteks usaha kecil dan menengah (UKM).
Ketidaktahuan mengenai risiko implementasi ERP akan menjadi masalah besar bagi
UKM. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi untuk membantu perusahaan
mengelola ERP mereka. UKM perlu memikirkan berbagai hal, terutama faktor biaya
pelaksanaan, sebelum mengambil langkah pertama dalam implementasi sistem ERP.
UKM memiliki sumber daya dan anggaran yang terbatas, serta sensitivitas yang
besar terhadap biaya sehingga implementasi ERP berarti besar bagi usaha kecil.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menilai hubungan antara
faktor-faktor risiko ERP pada UKM yang berdampak kepada pengurangan biaya usaha
dan biaya pihak lainnya pada keberhasilan proyek. Instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Responden adalah staf yang memiliki
pengetahuan tentang ERP dan data dari kuesioner dianalisis dengan software
SmartPLS.
Kata kunci: ERP, Risiko ERP, Implementasi
ERP, UKM
PENDAHULUAN
Lingkungan bisnis berubah secara drastis. Globalisasi, persaingan
internasional, kecanggihan teknologi dan fokus pelanggan yang terus tumbuh
adalah hal yang saat ini dihadapi perusahaan. Perusahaan harus memperluas
produk, mengurangi time-to-marketplace, mengurangi siklus hidup produk
dan menghasilkan kualitas produksi yang lebih baik dengan pengembalian yang
cepat, pengurangan biaya dan lebih banyak kustomisasi untuk memenuhi kebuthan
pasar. Akibatnya, perusahaan semakin berfokus pada sistem Enterprise Resource
Planning (ERP) untuk memenuhi tujuan tersebut. Sistem ERP diartikan sebagai:
"paket perangkat lunak komersial yang memungkinkan integrasi data
transaksi dan proses bisnis di keseluruhan perusahaan" dan mungkin
mengintegrasikan seluruh rantai pasokan antar organisasi. Jika ERP berhasil,
semua fungsi dari perusahaan saling terkait. Fungsi-fungsi ini terdiri dari
sumber daya manusia, manajemen pesanan, manufaktur, sistem keuangan dan
distribusi dengan pelanggan dan pemasok eksternal ke dalam sistem gabungan
dengan berbagi visibilitas dan data. Di sisi lain, semua sumber daya, informasi
dan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses bisnis dikoordinasikan
oleh ERP, yang merupakan induk informasi.
Pemanfaatan ERP oleh UKM telah meningkat dalam beberapa tahun
terakhir. Oleh karena itu, elemen yang berpengaruh dalam pelaksanaan ERP telah
menjadi pertimbangan. Pelaksanaan ERP menciptakan peningkatan kompetensi dan
efisiensi operasional meskipun melibatkan biaya yang sangat besar. UKM memiliki
sumber daya dan anggaran yang terbatas, dan sensitivitas yang besar terhadap
biaya. UKM perlu memikirkan berbagai hal, terutama faktor biaya pelaksanaan,
sebelum mengambil langkah pertama dalam implementasi sistem ERP. Risiko dan
biaya bisa sangat besar untuk implementasi ERP. Tahap implementasi melibatkan
biaya tersembunyi besar yang berdampak pada keberhasilan proyek selama siklus
hidup ERP, sehingga keputusan tentang pelaksanaan ERP harus dipertimbangkan
secara hati-hati.
UKM dan perusahaan besar secara substansial memiliki prinsip berbeda,
yang mempengaruhi praktik pencarian informasi yang berdampak pada ERP. Proses
kompleks dan panjang lebar pada pemenuhan ERP biasanya melanda perusahaan yang
memaksanya untuk menghilangkan hambatan yang berbeda untuk kesuksesan proyek.
Proyek ERP dapat menimbulkan hambatan baru dan menyajikan faktor
risiko baru yang harus ditangani dengan cara yang berbeda. Proyek ERP adalah
tugas yang signifikan dan berbahaya untuk perusahaan ukuran apa pun, tetapi
risiko lebih akan dirasakan UKM karena biaya yang dilampaui selama pelaksanaan
dapat menyebabkan tekanan keuangan pada perusahaan dan karenanya signifikan
mempengaruhi kinerja perusahaan. Sebelumnya, berbagai langkah peningkatan
tingkat keberhasilan pengenalan ERP diberikan, namun kurang berpengaruh
signifikan. Faktor risiko dan kebutuhan strategis untuk proyek, pengulangan
pengalaman yang gagal, inovasi dan sebagainya menentukan sifat risiko proyek
IT.
Penelitian ini didukung oleh upaya yang telah dilakukan sebelumnya
oleh para peneliti dan kritikus. Singkatnya, penelitian ini, dengan
menggabungkan empat konsep termasuk implementasi ERP, kerangka tiga tingkat
risiko dan dua elemen faktor risiko dalam implementasi ERP, risiko pemilihan
sistem ERP yang memadai dan model risiko process business re-engineering
yang memadai, berupaya untuk membuat model yang lebih koheren untuk mengukur
pengurangan biaya yang efektif pada keberhasilan proyek ERP. Tujuan
pengembangan kerangka tersebut adalah: 1) Untuk mengidentifikasi hubungan
antara faktor pemilihan sistem dan BPR pada pengurangan biaya dalam
implementasi ERP pada UKM, 2) Untuk mengidentifikasi hubungan antara
pengurangan biaya dan keberhasilan implementasi ERP. Memilih kriteria yang
paling penting dari faktor risiko implementasi ERP. Untuk penelitian ini, UKM
yang dipilih adalah representasi negara berkembang. UKM, yang memiliki peranan
penting secara ekonomi, difokuskan dalam penelitian. UKM yang menjadi sampel
penelitian ini adalah UKM yang dalam proses peneraan ERP atau telah menerapkan
ERP.
Perspektif Teori: ERP adalah
perangkat lunak yang telah muncul dalam dekade terakhir. Paket perangkat lunak
ini mencoba untuk menyelesaikan berbagai fungsi dan proses bisnis sehingga
dapat menyajikan keseluruhan tampilan bisnis dari arsitektur teknologi
informasi tunggal. Sistem ERP dapat membantu dalam memanfaatkan dua aspek
penting lainnya dari organisasi manajemen. Adam dan Haddara menemukan skala
yang menghasilkan stok yang lebih rendah, peningkatan produktivitas,
pengurangan waktu pengiriman, pengurangan siklus perencanaan, pengurangan
jumlah produksi, pengurangan keterlambatan pengiriman.
Telah ditemukan bahwa proyek ERP berisiko dan rumit untuk diterapkan
dalam usaha bisnis. Risiko tidak bisa dihindari oleh sebagian besar perusahaan
saat meluncurkan produk baru atau berinovasi. Implementasi ERP penting bagi
perusahaan sehingga mereka harus fokus pada risiko proyek ERP untuk membuat
pelaksanaan proyek ERP berhasil.
Untuk UKM, risiko lebih tinggi karena biaya yang berlebih selama
pelaksanaan dapat menghasilkan beban keuangan pada perusahaan sehingga
berdampak pada kinerja perusahaan. Kegagalan implementasi ERP berakibat sangat
besar bagi UKM dan mereka memiliki kesempatan kecil untuk pulih dibandingkan
dengan perusahaan yang lebih besar. Sistem ERP adalah sistem yang besar dan kompleks
dan menjamin perencanaan dan pelaksanaan yang matang untuk memastikan
keberhasilan pelaksanaan mereka. Kesempatan berhasil yang lebih tinggi
didasarkan pada pemilihan ERP yang lebih baik. Dalam pelaksanaan proyek,
pemilihan sistem ERP menjadi penting.
Proses pemilihan melibatkan pertimbangan investasi dari berbagai
perspektif seperti vendor, harga, dukungan, adaptasi dan waktu
pelaksanaan. Memilih paket perangkat lunak yang paling ideal adalah perhatian
utama: jika membuat keputusan yang salah, perusahaan akan dihadapkan pada
ketidaksesuaian antara paket dan proses bisnis, atau kebutuhan untuk perubahan
besar yang memakan waktu, mahal, dan berbahaya. Jadi pelaksanaan proyek yang
salah dapat menyebabkan kegagalan atau melemahkan sehingga cukup untuk mempengaruhi
kinerja perusahaan. Kompetensi perangkat lunak harus dianalisis sebelum
pelaksanaan dan efeknya pada proses bisnis dievaluasi.
Paket perangkat lunak tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
proses bisnis. Konsekuensinya adalah modifikasi perangkat lunak, yang mahal dan
memberatkan dalam biaya pemeliharaan, atau restrukturisasi proses bisnis
organisasi sesuai perangkat lunak. Mengabaikan desain ulang proses bisnis
adalah risiko dalam proyek ERP, implementasi ERP dan kegiatan BPR. Untuk menuai
keuntungan penuh sistem ERP, sangat penting bahwa proses bisnis disesuaikan
dengan sistem ERP, karena literatur pada reengineering dan implementasi
ERP telah menunjukkan bahwa ERP tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan
kecuali perusahaan merekayasa ulang proses bisnis untuk sistem ERP.
Ketika ERP telah berhasil dilaksanakan, ERP menghubungkan semua
fungsi organisasi yang meliputi "manajemen pesanan, manufaktur, sumber
daya manusia, sistem keuangan, dan distribusi dengan pemasok eksternal dan
pelanggan menjadi sistem yang terintegrasi dengan data dan visibilitas
bersama”.
Model Penelitian: Gambar 1
menggambarkan model penelitian yang menggambarkan hubungan hipotesis. Pada
model ini terdapat dua elemen faktor risiko implementasi ERP pada pengurangan
biaya dan pengurangan biaya pihak lain pada keberhasilan proyek ERP.
ERP dipasarkan dengan mahal dan perusahaan yang lebih kecil tidak
mampu mejangkaunya. Menerapkan sistem ERP membutuhkan pemikiran strategis yang
menyeluruh yang memungkinkan perusahaan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik dari proses bisnis mereka. Penting bagi perusahaan untuk memahami isu-isu
risiko yang mempengaruhi implementasi ERP dan memberikan pertimbangan hati-hati
pada isu-isu yang akan membawa pada kelancaran dan ketepatan waktu pelaksanaan
sistem ERP. Sistem ERP masih merupakan pekerjaan yang mahal, terlebih lagi di
perusahaan kecil. Informasi perusahaan yang tidak memadai tentang struktur
kelayakan biaya dapat membuat atau membatalkan keputusan untuk melanjutkan atau
meninggalkan sebuah implementasi ERP. Banyak bisnis kecil yang tidak memiliki
sumber daya yang cukup atau tidak bersedia untuk melimpahkan sebagian besar
sumber daya mereka karena waktu pelaksanaan yang lama dan biaya tinggi pada
implementasi ERP. Di sisi lain, perusahaan harus memperhatikan biaya yang
berasal dari risiko tahap pelaksanaan ERP, mengidentifikasi faktor biaya dalam
implementasi ERP yang berpengaruh dan karenanya pemahaman mereka sangat penting
untuk keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek ERP juga sangat tergantung pada
seberapa baik UKM dapat mengelola faktor risiko untuk mengurangi biaya. Juga
penting untuk memperhatikan anggaran, perusahaan yang melebihi anggaran biaya
menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Berdasarkan Al-Fawaz et. al..,
Paivi Iskanius, Malhotra et al., Tsai et al. dan Peslak, studi ini memilih
pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP sebagai kriteria yang signifikan.
Untuk itu, penelitian ini memilih business process re-engineering yang
memadai sebagai risiko implementasi ERP karena hasil signifikan yang disebutkan
di atas.
Hipotesis Penelitian:
Penentuan elemen tertentu yang penting bagi bisnis untuk dijalankan adalah
salah satu metodologi mendasar, terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil
dalam pemilihan software. Menurut literatur, beberapa peneliti menyelidiki
risiko implementasi ERP. Aloini et al., Boehm, Somers & Nelson menyebutkan
bahwa pemilihan sistem ERP adalah yang paling penting bagi perusahaan.
Berdasarkan pendapat ini, penelitian ini memilih sistem seleksi yang memadai
sebagai risiko implementasi ERP. Memilih paket perangkat lunak yang paling
cocok adalah perhatian utama, jika membuat pilihan yang salah; perusahaan akan
dihadapkan pada ketidaksesuaian antara paket dan proses dan strategi bisnis,
atau kebutuhan untuk modifikasi besar, yang menghabiskan waktu, mahal dan
berisiko. Pelaksanaan paket perangkat lunak ERP melibatkan campuran perubahan
proses bisnis dan konfigurasi perangkat lunak untuk menyelaraskan perangkat
lunak dengan proses bisnis.
Hipotesis 1: Risiko
pemilihan sistem yang memadai secara positif mengarah pada pengurangan biaya
implementasi ERP.
Penerapan ERP dan BPR harus dilakukan bersama-sama. Di sisi lain,
integrasi proses bisnis lebih mahal. Namun, karena kompleksitas dari BPR dan
biaya tinggi, ini mungkin tidak menjadi cara yang mudah untuk dilakukan. Selain
itu, perlu sumber daya perusahaan yang diturunkan di dua proyek yang
berkelanjutan. Paket ERP memberikan praktik bisnis terbaik yang mampu untuk
dimasukkan sebagai salah satu bagian BPR. Tsai et al. menekankan bahwa
implementasi ERP meliputi pembentukan perubahan proses bisnis yang sesuai serta
perubahan teknologi informasi untuk secara signifikan meningkatkan kualitas,
fleksibilitas, kinerja, responsif dan biaya. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini, BRP dianggap sebagai elemen yang memiliki makna yang signifikan dalam
risiko organisasi. Oleh karena itu, hipotesis kedua bisa seperti di bawah ini:
Hipotesis 2: Risiko business
process reengineering yang memadai secara positif mengarah pada pengurangan
biaya dalam implementasi ERP.
Di antara langkah-langkah kuantitatif yang menyajikan keberhasilan
implementasi ERP, sebagai contoh waktu pelaksanaan aktual versus proyeksi,
biaya pelaksanaan aktual versus proyeksi seperti penurunan waktu siklus, return
on investment pada proyek ERP dan peningkatan keuntungan pasar. Sistem ERP
masih merupakan pekerjaan yang mahal, terlebih lagi di perusahaan kecil.
Informasi yang tidak memadai tentang struktur kelayakan biaya dapat membuat
atau membatalkan keputusan melanjutkan atau meninggalkan sebuah implementasi
ERP. Banyak bisnis kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup atau tidak
bersedia untuk menugaskan sebagian besar sumber daya mereka karena waktu yang
lama dan biaya pelaksanaan tinggi yang terkait dengan implementasi ERP. Di sisi
lain, perusahaan harus memperhatikan biaya yang berasal dari risiko tahap
pelaksanaan ERP, mengidentifikasi faktor biaya dalam implementasi ERP yang
berpengaruh dan karenanya pemahaman mereka sangat penting untuk keberhasilan.
Keberhasilan suatu proyek ERP juga sangat tergantung pada seberapa baik UKM
dapat mengelola faktor risiko untuk mengurangi biaya. Juga penting untuk
memperhatikan anggaran. Perusahaan yang melebihi anggaran biaya menunjukkan
tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Berdasarkan Malhorta dan Temponi,
Al-Fawaz dkk., Tasi et al., Paivi Iskanius dan juga Peslak, hipotesis terakhir
dapat didefinisikan sebagai:
Hipotesis
3: Pengurangan biaya secara positif mengarah ke
keberhasilan proyek ERP.
BAHAN
DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Structural Equation Modeling (SEM). Populasi dipilih dari karyawan perusahaan
kecil dan menengah di Iran. Responden telah akrab dengan ERP yang telah bekerja
untuk UKM. Ini adalah penelitian survei. Kuesioner dikembangkan setelah
diperpanjang tinjauan literatur. Kuesioner diberikan kepada 150 karyawan untuk
memahami persepsi dan sikap mereka terhadap penggunaan ERP. Pengumpulan data
adalah langkah mendasar pada awal kegiatan perbaikan manapun. Proses ini akan
memastikan penelitian dapat membandingkan data untuk mengukur dan menetapkan
dasar penelitian. Tanpa informasi yang akurat dan relevan, peningkatan yang
diberikan penelitian akan diragukan. Kuesioner membantu untuk melingkupi
responden yang besar. Kuesioner didistribusikan kepada staf di UKM di Iran.
HASIL
Faktor Demografi:
Informasi demografi dikumpulkan dari 150 karyawan, yang telah bekerja dengan
ERP. Informasi ini menunjukkan jumlah dan karakteristik karyawan, yang dapat digunakan
dalam menilai populasi karyawan. Data menunjukkan 33% responden berusia kurang
dari 30 tahun dan lebih dari separuh responden (61%) berusia antara 31 dan 41
tahun, dan usia sisanya (6%) lebih tua dari 41 tahun. 58% dari responden adalah
laki-laki dan 42% adalah perempuan. Empat puluh dua persen responden memiliki
kurang dari 5 tahun pengalaman kerja, 46% memiliki pengalaman 5-10 tahun dan
12% lebih dari sepuluh tahun. 8% dari responden adalah diploma, 58% sarjana dan
34% adalah lulusan pascasarjana. Selain berdasarkan responden, data menunjukkan
departemen peserta, yaitu 13% keuangan, 11% sumber daya manusia, 17% teknologi
informasi, 11% manufaktur, 16% pemasaran, 4% pengadaan, 14% penjualan, 3%
service dan 11% toko.
Analisis statistik: Kami
menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk analisis data. Sekilas di
literatur IT menunjukkan bahwa Structural Equation Modeling (SEM) diperlukan
dalam memvalidasi instrumen dan pengujian hubungan antara konstruk. Prosedur
PLS, sebagai salah satu teknik SEM, telah mendapatkan minat dan digunakan di
kalangan peneliti dalam beberapa tahun terakhir karena kemampuannya untuk
memodelkan konstruksi laten dalam kondisi non-normalitas dan untuk ukuran
sampel kecil hingga menengah. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk
menentukan hubungan antara faktor-faktor konseptual yang diinginkan dan
pengukuran yang mendasari masing-masing konstruk. Analisis logis dilakukan
menggunakan smart partial least square (Smart PLS 2.0), yang mengadopsi teknik
Structural Equation Modeling (SEM). Teknik PLS dapat sangat membantu untuk
mendapatkan ukuran keandalan dan validitasmodel penelitian. Ukuran ini dapat
menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara konstruksi-konstruksi yang
didefinisikan dalam model. Ketiga konsep ini menjadi persyaratan model yang
harus diperoleh. Dengan demikian, dalam rangka memastikan keandalan dan
validitas model penelitian, makalah ini menunjukkan hasil dari perspektif
reliabilitas dan perspektif validitas untuk konstruksi.
Keandalan dan Validitas:
Validitas ditunjukkan ketika setiap item pengukuran berkaitan kuat dengan
konstruk teoritis yang diasumsikan. Kedua validitas mengungkapkan beberapa
aspek dari goodness of fit model, yaitu seberapa baik item pengukuran
berhubungan dengan konstruksi. Validitas faktorial diterima, artinya setiap
item pengukuran berkorelasi kuat dengan konstruk yang terkait dengannya,
sementara berkorelasi lemah atau tidak signifikan dengan semua konstruksi
lainnya. Smart PLS juga menunjukkan validitas. Menghasilkan validitas diskriminan
membutuhkan analisis Average Variance Extracted (AVE) yang sesuai. Kami
memeriksa apakah akar kuadrat dari setiap AVE (ada satu untuk setiap konstruk
laten) jauh lebih besar daripada korelasi antara setiap pasang laten yang
dibangun. Sebagai aturan praktis, akar kuadrat dari masing-masing konstruk
harus jauh lebih besar daripada korelasi konstruk tertentu dengan salah satu
konstruksi lainnya dalam model dan harus setidaknya bernilai 0,5 (Tabel 1).
Konsistensi semua variabel berdasarkan Fornell dan Larcker diterima
karena mereka melebihi 0,70, yang menandakan realibilitas dapat ditoleransi.
Smart PLS juga menunjukkan reliabilitas komposit. Tabel 1 menggambarkan hasil
reliabilitas dan validitas analisis konstruksi yang berbeda pada kuesioner.
Nilai-nilai yang dapat diterima untuk reliabilitas komposit akan
sama dengan set peneliti untuk alpha Cronbach. Reliabilitas komposit harus
lebih besar dari 0,60 untuk tujuan eksplorasi. Reliabilitas komposit penelitian
ini lebih besar dari 0,80 untuk semua pengukuran. Konsistensi diukur dengan
Cronbach's alpha. Alpha harus lebih besar atau sama dengan 0,80 untuk skala
yang baik, 0.70 untuk skala diterima dan 0,60 untuk skala dengan tujuan
eksplorasi. Dalam penelitian ini, semua pengukuran memiliki nilai lebih besar dari
0,80. Membangun validitas diskriminan membutuhkan analisis AVE yang sesuai
minimal 0,50. Dalam penelitian ini, semua pengukuran memiliki nilai yang jauh
lebih tinggi dari 0,50 (Tabel 1). Kami menemukan konsistensi yang memadai antar
item dalam kuesioner; pemilihan sistem yang memadai, business process
re-engineering yang memadai, pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP
(Gambar 1).
Uji Hipotesis: Untuk
memulai studi, sesuai dengan evaluasi dan prediksi model struktural, beberapa
data tentang path coefficient,T-value
(T), P-value (P) dan squared R
(R2) diidentifikasi dengan detail.
Path coefficient: Path coefficient
menunjukkan seberapa kuat dan signifikan hubungan antara variabel dependen dan
independen. Artinya, path coefficient mengungkapkan pengaruh dari variabel
(dianggap sebagai penyebab) yang menghasilkan variabel yang berbeda (dianggap
sebagai efek). Karena path coefficient dapat diidentifikasi berdasarkan
korelasi, ini menjadi standar sementara koefisien path regression tidak dapat
dianggap standar.
T-Value: Menurut Reddy dan Chin (1998), untuk melakukan pengujian hipotesis
jalur signifikansi dapat ditentukan melalui nilai t-tes dengan menggunakan
prosedur bootstrap. Umumnya, nilai yang dapat diterima untuk T-nilai yang lebih
besar dari dua (T-value> 1,96) berarti tingkat signifikan.
P-value: P-value dapat dianggap sebagai ukuran kuantitatif dari tingkat kepentingan pengujian hipotesis. Selanjutnya, mengenai studi yang dilakukan sebelumnya, P-value <0,05 menyiratkan signifikansi hipotesis terkait.
Squared R (R2): R2
menunjukkan efek yang diharapkan dari model variabel dependen melalui perkiraan
persentase varian konstruk dalam model.
Hasil penelitian menegaskan bahwa identifikasi perusahaan secara
positif berdampak pada kegunaan yang dirasakan (Beta = 0,536, p <0,001).
Oleh karena itu, hipotesis H1 diterima (lihat tabel 2). Hipotesis kedua
penelitian ini juga diterima. Hasil untuk efek proses bisnis re-engineering
pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP menunjukkan dampak positif pada
kepuasan (Beta = 0,4638, p <0,001). Oleh karena itu, hipotesis H2
diterima. Hipotesis ketiga penelitian ini juga diterima. Seperti terlihat pada
tabel 2 untuk hipotesis ketiga pengurangan biaya pada keberhasilan proyek ERP
(Beta = 0,9277, p <0,001). Jadi hipotesis H3 diterima..
Singkatnya, hipotesis yang dirumuskan didukung oleh data. Kontribusi
sistem yang memadai pada pengurangan biaya mencapai lebih dari 90% (R2:
0,929). Hal ini menunjukkan bahwa kriteria tersebut sangat signifikan dan
penting dalam hal mengurangi biaya implementasi ERP yang merupakan perhatian
utama di kalangan UKM. Analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif
antara pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP. Nilai R2
menunjukkan jumlah varians dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh
variabel independen. Dengan demikian, nilai R2 yang lebih besar
meningkatkan kemampuan prediksi dari model struktural. Berdasarkan algoritma
smart PLS (Tabel 2), nilai R2 untuk pengurangan biaya dalam model
ini adalah 0,861 dan untuk keberhasilan proyek ERP adalah 0,861 yang berarti
lebih dari 80% pengurangan biaya mengarah ke keberhasilan proyek ERP.
KESIMPULAN
Studi ini mengkaji dua elemen faktor risiko pada pengurangan biaya
implementasi ERP dan juga kesuksesan implementasi ERP dalam konteks UKM.
Penelitian ini mencoba untuk berkonsentrasi pada tujuan bisnis tanpa fokus pada
perangkat lunak. Implementasi ERP mengarahkan perusahaan pada peningkatan
produktivitas dan kompetensi operasional tetapi implementasi ERP membutuhkan
biaya yang sangat besar sehingga risiko implementasi ERP dapat ditentukan
sebagai kesulitan potensial. Ada beberapa kontribusi yang telah diidentifikasi
dari studi ini dan menyoroti implikasi untuk penelitian dan praktik. Pertama,
banyak peneliti telah meneliti tentang tahap implementasi ERP di perusahaan
besar, namun sedikit yang berkonsentrasi pada UKM. Karena ada bukti kuat bahwa
fungsi UKM berbeda dengan perusahaan besar, penelitian ini memberikan arahan
khusus pada risiko UKM dalam tahap implementasi dan pengurangan biaya. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi dua faktor risiko implementasi yang dianggap
penting bagi keberhasilan implementasi ERP di UKM.
Kedua, dalam menghubungkan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya, terlihat bahwa penemuan studi ini tampaknya sesuai dengan
literatur, tetapi ada juga yang inovatif atau bertentangan dengan pengetahuan
yang ada. Secara khusus, penemuan studi menegaskan bahwa faktor-faktor seperti
pemilihan sistem seleksi yang memadai dan BPR yang memadai berpengaruh signifikan
pada keberhasilan dari implementasi ERP di UKM. Penelitian ini sependapat
dengan penelitian sebelumnya bahwa kedua risiko dan pengurangan biaya mungkin
dipertimbangkan dalam implementasi ERP; namun studi ini membuktikan hal
tersebut dalam lingkungan UKM.