Senin, 09 Maret 2015

Analisa terhadap Risiko Pemilihan Sistem dan Pemodelan Ulang Proses Bisnis terhadap Kesuksesan Proyek Enterprise Resource Planning pada Usaha Kecil dan Menengah



Paper ini mendiskusikan implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) dalam konteks usaha kecil dan menengah (UKM). Ketidaktahuan mengenai risiko implementasi ERP akan menjadi masalah besar bagi UKM. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi untuk membantu perusahaan mengelola ERP mereka. UKM perlu memikirkan berbagai hal, terutama faktor biaya pelaksanaan, sebelum mengambil langkah pertama dalam implementasi sistem ERP. UKM memiliki sumber daya dan anggaran yang terbatas, serta sensitivitas yang besar terhadap biaya sehingga implementasi ERP berarti besar bagi usaha kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menilai hubungan antara faktor-faktor risiko ERP pada UKM yang berdampak kepada pengurangan biaya usaha dan biaya pihak lainnya pada keberhasilan proyek. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Responden adalah staf yang memiliki pengetahuan tentang ERP dan data dari kuesioner dianalisis dengan software SmartPLS.

Kata kunci: ERP, Risiko ERP, Implementasi ERP, UKM

PENDAHULUAN
Lingkungan bisnis berubah secara drastis. Globalisasi, persaingan internasional, kecanggihan teknologi dan fokus pelanggan yang terus tumbuh adalah hal yang saat ini dihadapi perusahaan. Perusahaan harus memperluas produk, mengurangi time-to-marketplace, mengurangi siklus hidup produk dan menghasilkan kualitas produksi yang lebih baik dengan pengembalian yang cepat, pengurangan biaya dan lebih banyak kustomisasi untuk memenuhi kebuthan pasar. Akibatnya, perusahaan semakin berfokus pada sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memenuhi tujuan tersebut. Sistem ERP diartikan sebagai: "paket perangkat lunak komersial yang memungkinkan integrasi data transaksi dan proses bisnis di keseluruhan perusahaan" dan mungkin mengintegrasikan seluruh rantai pasokan antar organisasi. Jika ERP berhasil, semua fungsi dari perusahaan saling terkait. Fungsi-fungsi ini terdiri dari sumber daya manusia, manajemen pesanan, manufaktur, sistem keuangan dan distribusi dengan pelanggan dan pemasok eksternal ke dalam sistem gabungan dengan berbagi visibilitas dan data. Di sisi lain, semua sumber daya, informasi dan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses bisnis dikoordinasikan oleh ERP, yang merupakan induk informasi.
Pemanfaatan ERP oleh UKM telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, elemen yang berpengaruh dalam pelaksanaan ERP telah menjadi pertimbangan. Pelaksanaan ERP menciptakan peningkatan kompetensi dan efisiensi operasional meskipun melibatkan biaya yang sangat besar. UKM memiliki sumber daya dan anggaran yang terbatas, dan sensitivitas yang besar terhadap biaya. UKM perlu memikirkan berbagai hal, terutama faktor biaya pelaksanaan, sebelum mengambil langkah pertama dalam implementasi sistem ERP. Risiko dan biaya bisa sangat besar untuk implementasi ERP. Tahap implementasi melibatkan biaya tersembunyi besar yang berdampak pada keberhasilan proyek selama siklus hidup ERP, sehingga keputusan tentang pelaksanaan ERP harus dipertimbangkan secara hati-hati.
UKM dan perusahaan besar secara substansial memiliki prinsip berbeda, yang mempengaruhi praktik pencarian informasi yang berdampak pada ERP. Proses kompleks dan panjang lebar pada pemenuhan ERP biasanya melanda perusahaan yang memaksanya untuk menghilangkan hambatan yang berbeda untuk kesuksesan proyek.
Proyek ERP dapat menimbulkan hambatan baru dan menyajikan faktor risiko baru yang harus ditangani dengan cara yang berbeda. Proyek ERP adalah tugas yang signifikan dan berbahaya untuk perusahaan ukuran apa pun, tetapi risiko lebih akan dirasakan UKM karena biaya yang dilampaui selama pelaksanaan dapat menyebabkan tekanan keuangan pada perusahaan dan karenanya signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sebelumnya, berbagai langkah peningkatan tingkat keberhasilan pengenalan ERP diberikan, namun kurang berpengaruh signifikan. Faktor risiko dan kebutuhan strategis untuk proyek, pengulangan pengalaman yang gagal, inovasi dan sebagainya menentukan sifat risiko proyek IT.
Penelitian ini didukung oleh upaya yang telah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti dan kritikus. Singkatnya, penelitian ini, dengan menggabungkan empat konsep termasuk implementasi ERP, kerangka tiga tingkat risiko dan dua elemen faktor risiko dalam implementasi ERP, risiko pemilihan sistem ERP yang memadai dan model risiko process business re-engineering yang memadai, berupaya untuk membuat model yang lebih koheren untuk mengukur pengurangan biaya yang efektif pada keberhasilan proyek ERP. Tujuan pengembangan kerangka tersebut adalah: 1) Untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor pemilihan sistem dan BPR pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP pada UKM, 2) Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengurangan biaya dan keberhasilan implementasi ERP. Memilih kriteria yang paling penting dari faktor risiko implementasi ERP. Untuk penelitian ini, UKM yang dipilih adalah representasi negara berkembang. UKM, yang memiliki peranan penting secara ekonomi, difokuskan dalam penelitian. UKM yang menjadi sampel penelitian ini adalah UKM yang dalam proses peneraan ERP atau telah menerapkan ERP.

Perspektif Teori: ERP adalah perangkat lunak yang telah muncul dalam dekade terakhir. Paket perangkat lunak ini mencoba untuk menyelesaikan berbagai fungsi dan proses bisnis sehingga dapat menyajikan keseluruhan tampilan bisnis dari arsitektur teknologi informasi tunggal. Sistem ERP dapat membantu dalam memanfaatkan dua aspek penting lainnya dari organisasi manajemen. Adam dan Haddara menemukan skala yang menghasilkan stok yang lebih rendah, peningkatan produktivitas, pengurangan waktu pengiriman, pengurangan siklus perencanaan, pengurangan jumlah produksi, pengurangan keterlambatan pengiriman.
Telah ditemukan bahwa proyek ERP berisiko dan rumit untuk diterapkan dalam usaha bisnis. Risiko tidak bisa dihindari oleh sebagian besar perusahaan saat meluncurkan produk baru atau berinovasi. Implementasi ERP penting bagi perusahaan sehingga mereka harus fokus pada risiko proyek ERP untuk membuat pelaksanaan proyek ERP berhasil.
Untuk UKM, risiko lebih tinggi karena biaya yang berlebih selama pelaksanaan dapat menghasilkan beban keuangan pada perusahaan sehingga berdampak pada kinerja perusahaan. Kegagalan implementasi ERP berakibat sangat besar bagi UKM dan mereka memiliki kesempatan kecil untuk pulih dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Sistem ERP adalah sistem yang besar dan kompleks dan menjamin perencanaan dan pelaksanaan yang matang untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan mereka. Kesempatan berhasil yang lebih tinggi didasarkan pada pemilihan ERP yang lebih baik. Dalam pelaksanaan proyek, pemilihan sistem ERP menjadi penting.
Proses pemilihan melibatkan pertimbangan investasi dari berbagai perspektif seperti vendor, harga, dukungan, adaptasi dan waktu pelaksanaan. Memilih paket perangkat lunak yang paling ideal adalah perhatian utama: jika membuat keputusan yang salah, perusahaan akan dihadapkan pada ketidaksesuaian antara paket dan proses bisnis, atau kebutuhan untuk perubahan besar yang memakan waktu, mahal, dan berbahaya. Jadi pelaksanaan proyek yang salah dapat menyebabkan kegagalan atau melemahkan sehingga cukup untuk mempengaruhi kinerja perusahaan. Kompetensi perangkat lunak harus dianalisis sebelum pelaksanaan dan efeknya pada proses bisnis dievaluasi.
Paket perangkat lunak tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses bisnis. Konsekuensinya adalah modifikasi perangkat lunak, yang mahal dan memberatkan dalam biaya pemeliharaan, atau restrukturisasi proses bisnis organisasi sesuai perangkat lunak. Mengabaikan desain ulang proses bisnis adalah risiko dalam proyek ERP, implementasi ERP dan kegiatan BPR. Untuk menuai keuntungan penuh sistem ERP, sangat penting bahwa proses bisnis disesuaikan dengan sistem ERP, karena literatur pada reengineering dan implementasi ERP telah menunjukkan bahwa ERP tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan kecuali perusahaan merekayasa ulang proses bisnis untuk sistem ERP.
Ketika ERP telah berhasil dilaksanakan, ERP menghubungkan semua fungsi organisasi yang meliputi "manajemen pesanan, manufaktur, sumber daya manusia, sistem keuangan, dan distribusi dengan pemasok eksternal dan pelanggan menjadi sistem yang terintegrasi dengan data dan visibilitas bersama”.

Model Penelitian: Gambar 1 menggambarkan model penelitian yang menggambarkan hubungan hipotesis. Pada model ini terdapat dua elemen faktor risiko implementasi ERP pada pengurangan biaya dan pengurangan biaya pihak lain pada keberhasilan proyek ERP.
ERP dipasarkan dengan mahal dan perusahaan yang lebih kecil tidak mampu mejangkaunya. Menerapkan sistem ERP membutuhkan pemikiran strategis yang menyeluruh yang memungkinkan perusahaan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis mereka. Penting bagi perusahaan untuk memahami isu-isu risiko yang mempengaruhi implementasi ERP dan memberikan pertimbangan hati-hati pada isu-isu yang akan membawa pada kelancaran dan ketepatan waktu pelaksanaan sistem ERP. Sistem ERP masih merupakan pekerjaan yang mahal, terlebih lagi di perusahaan kecil. Informasi perusahaan yang tidak memadai tentang struktur kelayakan biaya dapat membuat atau membatalkan keputusan untuk melanjutkan atau meninggalkan sebuah implementasi ERP. Banyak bisnis kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup atau tidak bersedia untuk melimpahkan sebagian besar sumber daya mereka karena waktu pelaksanaan yang lama dan biaya tinggi pada implementasi ERP. Di sisi lain, perusahaan harus memperhatikan biaya yang berasal dari risiko tahap pelaksanaan ERP, mengidentifikasi faktor biaya dalam implementasi ERP yang berpengaruh dan karenanya pemahaman mereka sangat penting untuk keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek ERP juga sangat tergantung pada seberapa baik UKM dapat mengelola faktor risiko untuk mengurangi biaya. Juga penting untuk memperhatikan anggaran, perusahaan yang melebihi anggaran biaya menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Berdasarkan Al-Fawaz et. al.., Paivi Iskanius, Malhotra et al., Tsai et al. dan Peslak, studi ini memilih pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP sebagai kriteria yang signifikan. Untuk itu, penelitian ini memilih business process re-engineering yang memadai sebagai risiko implementasi ERP karena hasil signifikan yang disebutkan di atas.

Hipotesis Penelitian: Penentuan elemen tertentu yang penting bagi bisnis untuk dijalankan adalah salah satu metodologi mendasar, terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil dalam pemilihan software. Menurut literatur, beberapa peneliti menyelidiki risiko implementasi ERP. Aloini et al., Boehm, Somers & Nelson menyebutkan bahwa pemilihan sistem ERP adalah yang paling penting bagi perusahaan. Berdasarkan pendapat ini, penelitian ini memilih sistem seleksi yang memadai sebagai risiko implementasi ERP. Memilih paket perangkat lunak yang paling cocok adalah perhatian utama, jika membuat pilihan yang salah; perusahaan akan dihadapkan pada ketidaksesuaian antara paket dan proses dan strategi bisnis, atau kebutuhan untuk modifikasi besar, yang menghabiskan waktu, mahal dan berisiko. Pelaksanaan paket perangkat lunak ERP melibatkan campuran perubahan proses bisnis dan konfigurasi perangkat lunak untuk menyelaraskan perangkat lunak dengan proses bisnis.

Hipotesis 1: Risiko pemilihan sistem yang memadai secara positif mengarah pada pengurangan biaya implementasi ERP.

Penerapan ERP dan BPR harus dilakukan bersama-sama. Di sisi lain, integrasi proses bisnis lebih mahal. Namun, karena kompleksitas dari BPR dan biaya tinggi, ini mungkin tidak menjadi cara yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, perlu sumber daya perusahaan yang diturunkan di dua proyek yang berkelanjutan. Paket ERP memberikan praktik bisnis terbaik yang mampu untuk dimasukkan sebagai salah satu bagian BPR. Tsai et al. menekankan bahwa implementasi ERP meliputi pembentukan perubahan proses bisnis yang sesuai serta perubahan teknologi informasi untuk secara signifikan meningkatkan kualitas, fleksibilitas, kinerja, responsif dan biaya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, BRP dianggap sebagai elemen yang memiliki makna yang signifikan dalam risiko organisasi. Oleh karena itu, hipotesis kedua bisa seperti di bawah ini:
Hipotesis 2: Risiko business process reengineering yang memadai secara positif mengarah pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP.

Di antara langkah-langkah kuantitatif yang menyajikan keberhasilan implementasi ERP, sebagai contoh waktu pelaksanaan aktual versus proyeksi, biaya pelaksanaan aktual versus proyeksi seperti penurunan waktu siklus, return on investment pada proyek ERP dan peningkatan keuntungan pasar. Sistem ERP masih merupakan pekerjaan yang mahal, terlebih lagi di perusahaan kecil. Informasi yang tidak memadai tentang struktur kelayakan biaya dapat membuat atau membatalkan keputusan melanjutkan atau meninggalkan sebuah implementasi ERP. Banyak bisnis kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup atau tidak bersedia untuk menugaskan sebagian besar sumber daya mereka karena waktu yang lama dan biaya pelaksanaan tinggi yang terkait dengan implementasi ERP. Di sisi lain, perusahaan harus memperhatikan biaya yang berasal dari risiko tahap pelaksanaan ERP, mengidentifikasi faktor biaya dalam implementasi ERP yang berpengaruh dan karenanya pemahaman mereka sangat penting untuk keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek ERP juga sangat tergantung pada seberapa baik UKM dapat mengelola faktor risiko untuk mengurangi biaya. Juga penting untuk memperhatikan anggaran. Perusahaan yang melebihi anggaran biaya menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Berdasarkan Malhorta dan Temponi, Al-Fawaz dkk., Tasi et al., Paivi Iskanius dan juga Peslak, hipotesis terakhir dapat didefinisikan sebagai:
Hipotesis 3: Pengurangan biaya secara positif mengarah ke keberhasilan proyek ERP.

BAHAN DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Populasi dipilih dari karyawan perusahaan kecil dan menengah di Iran. Responden telah akrab dengan ERP yang telah bekerja untuk UKM. Ini adalah penelitian survei. Kuesioner dikembangkan setelah diperpanjang tinjauan literatur. Kuesioner diberikan kepada 150 karyawan untuk memahami persepsi dan sikap mereka terhadap penggunaan ERP. Pengumpulan data adalah langkah mendasar pada awal kegiatan perbaikan manapun. Proses ini akan memastikan penelitian dapat membandingkan data untuk mengukur dan menetapkan dasar penelitian. Tanpa informasi yang akurat dan relevan, peningkatan yang diberikan penelitian akan diragukan. Kuesioner membantu untuk melingkupi responden yang besar. Kuesioner didistribusikan kepada staf di UKM di Iran.

HASIL
Faktor Demografi: Informasi demografi dikumpulkan dari 150 karyawan, yang telah bekerja dengan ERP. Informasi ini menunjukkan jumlah dan karakteristik karyawan, yang dapat digunakan dalam menilai populasi karyawan. Data menunjukkan 33% responden berusia kurang dari 30 tahun dan lebih dari separuh responden (61%) berusia antara 31 dan 41 tahun, dan usia sisanya (6%) lebih tua dari 41 tahun. 58% dari responden adalah laki-laki dan 42% adalah perempuan. Empat puluh dua persen responden memiliki kurang dari 5 tahun pengalaman kerja, 46% memiliki pengalaman 5-10 tahun dan 12% lebih dari sepuluh tahun. 8% dari responden adalah diploma, 58% sarjana dan 34% adalah lulusan pascasarjana. Selain berdasarkan responden, data menunjukkan departemen peserta, yaitu 13% keuangan, 11% sumber daya manusia, 17% teknologi informasi, 11% manufaktur, 16% pemasaran, 4% pengadaan, 14% penjualan, 3% service dan 11% toko.

Analisis statistik: Kami menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk analisis data. Sekilas di literatur IT menunjukkan bahwa Structural Equation Modeling (SEM) diperlukan dalam memvalidasi instrumen dan pengujian hubungan antara konstruk. Prosedur PLS, sebagai salah satu teknik SEM, telah mendapatkan minat dan digunakan di kalangan peneliti dalam beberapa tahun terakhir karena kemampuannya untuk memodelkan konstruksi laten dalam kondisi non-normalitas dan untuk ukuran sampel kecil hingga menengah. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menentukan hubungan antara faktor-faktor konseptual yang diinginkan dan pengukuran yang mendasari masing-masing konstruk. Analisis logis dilakukan menggunakan smart partial least square (Smart PLS 2.0), yang mengadopsi teknik Structural Equation Modeling (SEM). Teknik PLS dapat sangat membantu untuk mendapatkan ukuran keandalan dan validitasmodel penelitian. Ukuran ini dapat menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara konstruksi-konstruksi yang didefinisikan dalam model. Ketiga konsep ini menjadi persyaratan model yang harus diperoleh. Dengan demikian, dalam rangka memastikan keandalan dan validitas model penelitian, makalah ini menunjukkan hasil dari perspektif reliabilitas dan perspektif validitas untuk konstruksi.


Keandalan dan Validitas: Validitas ditunjukkan ketika setiap item pengukuran berkaitan kuat dengan konstruk teoritis yang diasumsikan. Kedua validitas mengungkapkan beberapa aspek dari goodness of fit model, yaitu seberapa baik item pengukuran berhubungan dengan konstruksi. Validitas faktorial diterima, artinya setiap item pengukuran berkorelasi kuat dengan konstruk yang terkait dengannya, sementara berkorelasi lemah atau tidak signifikan dengan semua konstruksi lainnya. Smart PLS juga menunjukkan validitas. Menghasilkan validitas diskriminan membutuhkan analisis Average Variance Extracted (AVE) yang sesuai. Kami memeriksa apakah akar kuadrat dari setiap AVE (ada satu untuk setiap konstruk laten) jauh lebih besar daripada korelasi antara setiap pasang laten yang dibangun. Sebagai aturan praktis, akar kuadrat dari masing-masing konstruk harus jauh lebih besar daripada korelasi konstruk tertentu dengan salah satu konstruksi lainnya dalam model dan harus setidaknya bernilai 0,5 (Tabel 1).
Konsistensi semua variabel berdasarkan Fornell dan Larcker diterima karena mereka melebihi 0,70, yang menandakan realibilitas dapat ditoleransi. Smart PLS juga menunjukkan reliabilitas komposit. Tabel 1 menggambarkan hasil reliabilitas dan validitas analisis konstruksi yang berbeda pada kuesioner.
Nilai-nilai yang dapat diterima untuk reliabilitas komposit akan sama dengan set peneliti untuk alpha Cronbach. Reliabilitas komposit harus lebih besar dari 0,60 untuk tujuan eksplorasi. Reliabilitas komposit penelitian ini lebih besar dari 0,80 untuk semua pengukuran. Konsistensi diukur dengan Cronbach's alpha. Alpha harus lebih besar atau sama dengan 0,80 untuk skala yang baik, 0.70 untuk skala diterima dan 0,60 untuk skala dengan tujuan eksplorasi. Dalam penelitian ini, semua pengukuran memiliki nilai lebih besar dari 0,80. Membangun validitas diskriminan membutuhkan analisis AVE yang sesuai minimal 0,50. Dalam penelitian ini, semua pengukuran memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari 0,50 (Tabel 1). Kami menemukan konsistensi yang memadai antar item dalam kuesioner; pemilihan sistem yang memadai, business process re-engineering yang memadai, pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP (Gambar 1).

Uji Hipotesis: Untuk memulai studi, sesuai dengan evaluasi dan prediksi model struktural, beberapa data tentang path coefficient,T-value (T), P-value (P) dan squared R (R2) diidentifikasi dengan detail.

Path coefficient: Path coefficient menunjukkan seberapa kuat dan signifikan hubungan antara variabel dependen dan independen. Artinya, path coefficient mengungkapkan pengaruh dari variabel (dianggap sebagai penyebab) yang menghasilkan variabel yang berbeda (dianggap sebagai efek). Karena path coefficient dapat diidentifikasi berdasarkan korelasi, ini menjadi standar sementara koefisien path regression tidak dapat dianggap standar.

T-Value: Menurut Reddy dan Chin (1998), untuk melakukan pengujian hipotesis jalur signifikansi dapat ditentukan melalui nilai t-tes dengan menggunakan prosedur bootstrap. Umumnya, nilai yang dapat diterima untuk T-nilai yang lebih besar dari dua (T-value> 1,96) berarti tingkat signifikan.


P-value: P-value dapat dianggap sebagai ukuran kuantitatif dari tingkat kepentingan pengujian hipotesis. Selanjutnya, mengenai studi yang dilakukan sebelumnya, P-value <0,05 menyiratkan signifikansi hipotesis terkait.

Squared R (R2): R2 menunjukkan efek yang diharapkan dari model variabel dependen melalui perkiraan persentase varian konstruk dalam model.

Hasil penelitian menegaskan bahwa identifikasi perusahaan secara positif berdampak pada kegunaan yang dirasakan (Beta = 0,536, p <0,001). Oleh karena itu, hipotesis H1 diterima (lihat tabel 2). Hipotesis kedua penelitian ini juga diterima. Hasil untuk efek proses bisnis re-engineering pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP menunjukkan dampak positif pada kepuasan (Beta = 0,4638, p <0,001). Oleh karena itu, hipotesis H2 diterima. Hipotesis ketiga penelitian ini juga diterima. Seperti terlihat pada tabel 2 untuk hipotesis ketiga pengurangan biaya pada keberhasilan proyek ERP (Beta = 0,9277, p <0,001). Jadi hipotesis H3 diterima..
Singkatnya, hipotesis yang dirumuskan didukung oleh data. Kontribusi sistem yang memadai pada pengurangan biaya mencapai lebih dari 90% (R2: 0,929). Hal ini menunjukkan bahwa kriteria tersebut sangat signifikan dan penting dalam hal mengurangi biaya implementasi ERP yang merupakan perhatian utama di kalangan UKM. Analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP. Nilai R2 menunjukkan jumlah varians dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Dengan demikian, nilai R2 yang lebih besar meningkatkan kemampuan prediksi dari model struktural. Berdasarkan algoritma smart PLS (Tabel 2), nilai R2 untuk pengurangan biaya dalam model ini adalah 0,861 dan untuk keberhasilan proyek ERP adalah 0,861 yang berarti lebih dari 80% pengurangan biaya mengarah ke keberhasilan proyek ERP.

KESIMPULAN
Studi ini mengkaji dua elemen faktor risiko pada pengurangan biaya implementasi ERP dan juga kesuksesan implementasi ERP dalam konteks UKM. Penelitian ini mencoba untuk berkonsentrasi pada tujuan bisnis tanpa fokus pada perangkat lunak. Implementasi ERP mengarahkan perusahaan pada peningkatan produktivitas dan kompetensi operasional tetapi implementasi ERP membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga risiko implementasi ERP dapat ditentukan sebagai kesulitan potensial. Ada beberapa kontribusi yang telah diidentifikasi dari studi ini dan menyoroti implikasi untuk penelitian dan praktik. Pertama, banyak peneliti telah meneliti tentang tahap implementasi ERP di perusahaan besar, namun sedikit yang berkonsentrasi pada UKM. Karena ada bukti kuat bahwa fungsi UKM berbeda dengan perusahaan besar, penelitian ini memberikan arahan khusus pada risiko UKM dalam tahap implementasi dan pengurangan biaya. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi dua faktor risiko implementasi yang dianggap penting bagi keberhasilan implementasi ERP di UKM.
Kedua, dalam menghubungkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, terlihat bahwa penemuan studi ini tampaknya sesuai dengan literatur, tetapi ada juga yang inovatif atau bertentangan dengan pengetahuan yang ada. Secara khusus, penemuan studi menegaskan bahwa faktor-faktor seperti pemilihan sistem seleksi yang memadai dan BPR yang memadai berpengaruh signifikan pada keberhasilan dari implementasi ERP di UKM. Penelitian ini sependapat dengan penelitian sebelumnya bahwa kedua risiko dan pengurangan biaya mungkin dipertimbangkan dalam implementasi ERP; namun studi ini membuktikan hal tersebut dalam lingkungan UKM.

Case: Serawak, Kemudahan dalam Pengadopsian Penggunaan e-Commerce antar Pengusaha

Penelitian ini disusun berdasarkan kerangka kerja konseptual terhadap Technology Acceptance Model (TAM) yang mencakup kegunaan dan kemudahan penggunaan e-commerce sebagai variabel penelitian. Variabel eksternal atau variabel independen yang dipilih untuk penelitian ini adalah profil demografi dan karakteristik wirausaha. Usia, etnis dan tingkat pendidikan dipilih sebagai dimensi yang akan dianalisis dalam profil demografi sementara kebutuhan untuk berprestasi, kemampuan dalam mengambil risiko dan locus of control adalah dimensi dipilih untuk karakteristik wirausaha. Sebanyak 290 kuesioner telah didistribusikan melalui email kepada semua responden yang mungkin ditetapkan sebagai pemilik usaha tanpa batasan bisnis brick-and-mortal, brick-and-click, atauclick only di Kota Kinabalu, Sarawak. Namun, hanya 170 tanggapan bisa digunakan diterima dan digunakan untuk analisis. Dari hasil yang diperoleh, profil demografis tidak ditemukan signifikan sedangkan karakteristik kewirausahaan yang ditemukan terkait dengan kegunaan dan kemudahan penggunaan e-commerce.

1          PENGANTAR
Pertumbuhan eksponensial dari internet telah mengubah aturan persaingan di sektor industri. Banyak perusahaan-perusahaan besar termasuk UKM mengintegrasikan bisnis mereka ke internet di mana mereka dapat mencapai  cakupan pasar yang lebih besar secara online. Melakukan bisnis online telah menjadi tren baru saat ini dan banyak pelanggan yang beralih ke belanja online. Oleh karena itu, semakin banyak pengusaha yang melakukan bisnis online karena ada peluang memulai bisnis terutama di kalangan UKM.
Dengan segala kelebihan dan keuntungan yang ditawarkan oleh Internet, e-commerce yang diadopsi oleh pengusaha meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebagaimana dicatat oleh Ho et al. (2007), e-commerce telah mekar dalam siklus bisnis di mana bisnis tradisional brick-and-mortalkini telah mengalami transisi ke bisnis leading dotcom atauclick only. E-commerceyang telah diadopsi menjadi penggunaan strategis organisasi, meskipun terdapat hambatan ukuran organisasi, karena menyediakan kesempatan untuk berbagai jenis usaha untuk berkembang melalui mediae-commerce. Meskipun perusahaan-perusahaan kecil lebih lambat dalam mengadopsi e-commerce dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih besar, namun penggunaan e-commercediantara perusahaan kecil yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir (Drew, 2003), menunjukkan bahwa e-commerce memiliki dampak yang secara signifikan menguntungkan dalam praktek bisnis.
Literatur masa lalu telah menawarkan sejumlah besar penelitian di bidang e-bussiness dan meskipun sudah ada sejumlah besar penelitian sebelumnya, penelitian lebih lanjut diperlukan di bidang ini untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam studi tunggal, yang pada akhirnya akan menawarkan pandangan holistik dari e-bussiness seperti yang dinyatakan oleh Ozer (2005). Penelitian empiris untuk mengevaluasi faktor-faktor penentu yang mempengaruhi adopsi e-commerce oleh perusahaan masih sangat terbatas seperti yang dinyatakan oleh Lin & Lin (2008). Banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam e-commerce masih harus dieksplorasi dan seberapa jauh usaha kecil di masa depan akansepenuhnya merangkul e-bussinesspun masih belum jelas (Poon & Swatman, 1999). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi lebih lanjut terhadap e-commerce dari perspektif kewirausahaan.

2          TINJAUAN PUSTAKA
Demografi dan penggunaan internet. Dari sudut pandang sosiologis, internet digunakan oleh seorang individu untuk mencari informasi secara online dan tetap terhubung dengan dunia. Sebagian individu yang telah bertambah tua, jaringan sosial pun menurun dan tidak ada gunanya bagi mereka untuk tetap terhubung, sehingga manfaat yang dirasakan dari internetlebih rendah. Selain itu, individu yang lebih tua cenderung melihat diri mereka sebagai memiliki keterbatasan dalam belajar karena penurunan kemampuan kognitif. Hal ini sebenarnya lebih rendah self-efficacyyang mereka lihat di dalamnya karena mereka percaya fungsi kognitif menurun dengan bertambahnya usia mereka (Hertzog & Hultsch, 2000). "Karena banyak orang yang lebih tua memiliki pengalaman terbatas dengan menggunakan komputer dan internet, adalah mungkin bahwa mereka memiliki masalah self-efficacyberhubungan dengan bagaimana belajar menggunakan internet" seperti yang ditunjukkan oleh Porter & Donthu (2006). Para penulis juga menambahkan bahwa "ada kemungkinan bahwa belajar menggunakan internet menciptakan situasi menimbulkan kecemasan bahwa banyak akan memilih untuk menghindari karena kesulitan yang dirasakan terkait dengan internet". Ketika mereka menolak untuk belajar internet, pengusaha yang lebih tua cenderung untuk mempertahankan bisnis brick-and-mortal tradisional mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usia memiliki hubungan dengan tingkat manfaat dan dirasakan dirasakan kemudahan penggunaan e-commerce.
Perbedaan individu, dalam hal etnis, dipandang sebagai faktor lain yang mempengaruhi bagaimana individu dirasakan manfaat dan kemudahan penggunaan e-commerce. Porter & Donthu (2006) telah menggunakan Afrika-Amerika dan Hispanik-Amerika sebagai faktor ras dalam adopsi internet dan penulis menemukan bahwa minoritas ini di Amerika cenderung ke arah perilaku kolektif dan dengan demikian, mereka diharapkan memiliki persepsi yang kurang menguntungkan dari internet yang menghasilkan tingkat penggunaan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka rekan Amerika yang mayoritas. Oleh karena itu, perbedaan ras atau etnis akan memiliki dampak terhadap tingkat adopsi e-commerce juga. Oleh karena itu juga, dapat disimpulkan bahwa etnis memiliki hubungan dengan tingkat manfaat dan dirasakan dirasakan kemudahan penggunaan e-commerce masing-masing individu.
Menurut Lal (1999) dan Lal (2005), kualifikasi pengusaha memiliki pengaruh yang signifikan dimana penulis mengukur basis pengetahuan sebagai standar kualifikasi. Penulis juga menunjukkan bahwa kualifikasi pengusaha akan memberlakukan hubungan yang cukup besar dalam tingkat pengadopsiane-commerce atau teknologi informasi dan karena diraskan kegunaannya serta persepsi kemudahan penggunaan e-commerce memiliki hubungan positif langsung dengan kualifikasi pengusaha. Fakta yang diutaraakan oleh Lal (1995 & 2005) didukung oleh Porter & Donthu (2006) serta di mana penulis menyarankan bahwa keputusan untuk mengadopsi teknologi baru terkait kuat dengan jumlah pengetahuan seseorang sebagai pengadopsi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang cenderung memiliki kemampuan untuk memahami penerapannya dengan lebih cepat daripada mereka yang berpendidikan kurang. Akibatnya, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat kegunaan dan kemudahan penggunaan e-commerce.
Karakteristik kewirausahaan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kirby (2004), karakteristik kewirausahaan dibahas meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kemampuan mengambil risiko dan locus of control yang telah terpilih sebagai dimensi di bawah karakteristik kewirausahaan. Seorang pengusaha biasanya akan memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi dan karenanya pengusaha cenderung untuk beradaptasi dengan mudah dengan kebutuhan pasar negara berkembang termasuk mengadopsi teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sebagainama yang didiskusikan oleh Kirby (2004). Selain itu, pengusaha dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi pada dasarnya akan mengantisipasi untuk kemungkinan masa depan dan dengan permintaan yang mungkin muncul di pasar virtual baru. Pengusaha gemar untuk merangkul teknologi terbaru dan inovasi dalam rangka untuk menjaga nilai kompetitif mereka di pasar (Kirby, 2004; McClelland 1961). Dengan bukti yang cukup dari literatur, kebutuhan untuk berprestasi dapat diprediksi memiliki hubungan dengan kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan e-commerce.
Menurut Kirby (2004) juga, pengusaha diklasifikasikan sebagai risk-takerlebih memiliki kecenderungan untuk mengambil resiko yang diperhitungkan. Mereka juga lebih mudah untuk mentolerir ambiguitas dan ketidakpastian dibandingkan dengan non-pengusaha. Dengan demikian, pengusaha akan cenderung untuk mengadopsi teknologi terbaru atau inovasi meskipun tidak yakin bahwa teknologi akan memberikan kontribusi pada kinerja perusahaan yang lebih tinggi atau keuntungan untuk menjaga perusahaan tetap kompetitif. Kepercayaan diri pengusaha diyakini menjadi prasyarat keberhasilan kewirausahaan yang cenderung mendistorsi persepsi mereka tentang risiko juga (Kirby, 2004; Koh, 1996). Dengan bukti yang cukup dari literatur, pengambilan risiko dapat diprediksi memiliki hubungan dengan kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan e-commerce.
Pengusaha dipercaya memiliki internal lokus kontrol yang tinggi seperti yang dikatakan oleh Kirby (2004) di mana mereka memiliki keyakinan untuk percaya bahwa pencapaian tujuan yang mereka dalam mengejar obligasi mereka. Dengan kata lain, mereka cenderung percaya bahwa alasan utama untuk keberhasilan mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri-sendiri atau karakteristik individu dimana mereka mendapatkan apa yang mereka tabur. Oleh karena itu, tindakan mengadopsi teknologi terbaru yang mengarah ke keberhasilan bisnis mereka dapat terkait erat karena mereka percaya bahwa mereka membuat pilihan yang tepat untuk mengadopsi e-commerce yang akan mengarah pada kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan mereka pada akhirnya. Oleh karena itu dengan bukti ini dari literatur locu of control dapat diprediksi memiliki hubungan dengan kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan e-commerce.

3          METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 170 pengusaha di Kota Kinabalu, Sarawak. Para pengusaha yang dipilih ditetapkan pemilik bisnis terlepas dari apakah mereka adalah bisnis brick-and-mortal, brick-and-click, atau click only. Populasi sampel terdiri dari responden dari pengadopsi dan responden yang mewakili beragam latar belakang dalam hal variabel demografi kunci seperti yang disarankan oleh Porter & Donthu (2006).
Pengumpulan data dalam proyek penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling karena tidak tersedianya daftar yang tepat responden di Kota Kinabalu. Sampel purposive dipilih berdasarkan beberapa karakteristik dasar atau atribut yang penting bagi evaluasi seperti yang disarankan oleh Smith (1983) dan oleh karena itu, responden yang dipilih harus menjadi pengusaha dengan mendirikan bisnis tanpa brick-and-mortal, brick-and-click, atau click only. Kuesioner dibentuk dengan menggunakan php dan MySQL ke link URL (http://pennylane.byethost33.com/phpq/index.php) dan didistribusikan melalui email untuk pemilik bisnis online di daerah Kota Kinabalu. Data yang dikumpulkan dari link disimpan dalam database dan diekstraksi ke dalam bentuk MsExcel untuk dianalisis.
Kuesioner close-ended diadaptasi dari literatur sebelumnya yang digunakan untuk mengukur TAM dari pengadopsian TI dan penggunaane-commerce. Kuesioner dibagi menjadi lima bagian di mana variabel yang dinilai sesuai untuk skala item berdasarkan lima titik skala Likert (1 = "sangat tidak setuju", 5 = "sangat setuju"). Beberapa modifikasi pada bagian profil responden dibuat untuk memperoleh informasi dan data yang terkait dengan penelitian ini.

4          HASIL
Responden terdiri dari 91 perempuan (53,5%) dan 79 laki-laki (46,5%). Responden diukur dari enam kategori usia. Keenam kategori umur adalah 19 tahun atau lebih muda dengan 4,7% (n = 8), 20-24 tahun dengan 45,3% (n = 77), 25-29 tahun dengan 34,1% (n = 58), 30-34 tahun dengan 13,5 % (n = 23), 35-39 tahun dengan 2,4% (n = 4) dan tidak ada responden yang berusia lebih dari 40 tahun. Kategori usia 20-24 tahun memiliki persentase tertinggi dari responden sedangkan kategori usia 35-39 tahun memiliki persentase terendah responden. Lima kelompok etnis diwakili di mana Cina menjadi mayoritas dari total responden dengan 56,2% (n = 69) diikuti oleh Sarawakan Bumiputra dengan 22,9% (n = 39), Melayu dengan 20,0% (n = 34) dan Non-Bumiputra Sarawakan menjadi minoritas dari total sampel dengan hanya 16,5% (n = 29). Dalam hal pendidikan, responden dikelompokkan menjadi tujuh kategori. Mayoritas responden adalah pemegang gelar dengan 51,8% (n = 88) diikuti oleh lulusan dengan Diploma yang melibatkan 28,2% (n = 48) dari total responden. Hanya 3,5% (n = 6) dari responden memiliki Gelar Master atau Master dalam bidang apapun, sementara 2,4% (n = 4) dari responden memiliki tingkat tertinggi pendidikan, Phd. Ada 14 (8,2%) responden dengan SPM atau lulus dari sekolah menengah, sementara 4,7% (n = 8) dari responden telah memperoleh sertifikasi STPM atau lulus dari A-level / O-level. Hanya 1,2% (n = 2) responden memiliki tingkat pendidikan terendah dengan sertifikasi PMR atau lebih rendah.
Hanya 159 responden mengungkapkan pendapatan tahunan mereka. Mayoritas responden mendapatkan penghasilan tahunan RM19000 kebawah dengan 41,2% (n = 70); 32,9% (n = 56) dari responden mendapatkan penghasilan tahunan antara berbagai RM20000-RM39000 sedangkan 10,0% (n = 17) dari responden mendapatkan di antara kisaran RM40000-RM59000. Hanya 1,2% (n = 2) responden yang mendapatkan pendapatan tahunan RM80000-RM99000 sedangkan 3,5% (n = 6) responden yang diperoleh RM100000 atau lebih per tahun.
Selain data yang dikumpulkan mengenai profil demografi, pengalaman dalam penggunaan teknologi dikumpulkan serta dalam kuesioner. Pengalaman dalam penggunaan teknologi itu dimaksudkan untuk memberikan beberapa gambaran yang jelas tentang penggunaan dan pengadopsianteknologi di antara responden. Pengalaman menggunakan teknologi  dihasilkan sesuai dengan tiga jenis teknologi yang sesuai dengan penelitian yaitu teknologi informasi dan komunikasi (TIK), internet dan perdagangan elektronik (E-commerce) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1: Pengalaman menggunakan teknologi
Tabel 2: Statistik deskriptif dari variabel uji
Tabel 3: Hasilmultiple regression profil demografi terhadap kegunaan dan kemudahan penggunaan e-commerce
Tabel 3: Hasilmultiple regression karakteristik kewirausahaan terhadap kegunaan dan kemudahan penggunaan e-commerce

Persepsi Kegunaan dan Persepsi Kemudahan Penggunaan. Dirasakannya manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan adalah mediator terkait erat dengan Technology Acceptance Model (TAM) dan juga hubungan mereka untuk menghubungkan variabel eksternal seperti profil demografi dan karakteristik kewirausahaan dengan tingkat pengadopsiane-commerce serta apa yang memperpanjang profil demografis dan karakteristik kewirausahaan akan mempengaruhi tingkat pengadopsiane-commerce melalui dirasakannya kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan e-commerce.
Menurut Davis et al. (1989), baik kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan adalah sikap terhadap teknologi baru dan dalam konteks ini, e-commerce yang sangat mempengaruhi sikap seseorang dalam menggunakan teknologi. Dengan kata lain, semakin banyak individu merasakan e-commerceadalah mudah untuk digunakan, semakin banyak yang individu  akan menemukan kegunaane-commerce  dan dengan demikian, kecenderungan bahwa individu yang mengadopsi e-commerce akan melonjak tinggi juga.
Profil demografis. Profil demografis yang terdiri dari usia, etnis dan tingkat pendidikan sebagai dimensi telah diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan antara profil demografis dan kegunaan yang dirasakan serta kemudahan penggunaan. Tidak ada hubungan yang signifikan yang ditemukan antara profil demografis dan kegunaan yang dirasakan dan kemudahan penggunaan berdasarkan signifikan p-value. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Porter & Donthu (2006), kecenderungan adopsi sangat bervariasi berdasarkan usia, pendidikan dan pendapatan dan dari hasil temuan mereka, orang yang lebih tua memiliki persepsi kemudahan penggunaan yang lebih rendah, tetapi manfaat yang dirasakan lebih tinggi. Orang tua cenderung mengalami kesulitan dalam belajar teknologi baru tapi itu tidak berarti bahwa orang tua menganggap teknologi baru sebagai hal yang berguna bagi mereka. Dalam konteks penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan ditemukan antara usia pengusaha dan persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan yang dirasakan dari e-commerce, menunjukkan bahwa usia sebagai salah satu dimensi dalam profil demografis masih bisa diperdebatkan karena tidak ada hubungan ditemukan di antara mereka.
Karena berdasarkan Porter & Donthu (2006), manfaat yang dirasakan secara menguntungkan mayoritas dimana minoritas seperti Hispanik Amerika atau Afrika Amerika memiliki manfaat yang dirasakan lebih rendah dari penggunaan internet. Meskipun menunjukkan bahwa etnis memiliki hubungan positif dengan manfaat yang dirasakan, namun, dalam penelitian ini tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara etnis. Temuan yang ditemukan dalam penelitian ini tidak konsisten dengan temuan dari Porter & Donthu (2006).
Berdasarkan hasil yang diperoleh juga, tingkat pendidikan pengusaha juga tidak ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan dirasakan dari e-commerce. Temuan ini tidak konsisten dengan temuan oleh Porter & Donthu (2006) dimana dirasakan manfaat yang lebih tinggi bagi individu yang berpendidikan tinggi. Selain temuan studi ini juga bertentangan dengan studi empiris oleh Agarwal & Prasad (1999) yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat pendidikan dan persepsi kemudahan penggunaan. Akibatnya, ketika orang-orang dengan tingkat pendidikan yang memadai menghadapi teknologi baru seperti e-commerce, mereka akan menemukan e-commerce mudah digunakan dan bermanfaat bagi mereka dan cenderung merangkul e-commerce lebih mudah karena kemampuan mereka untuk memahami "know-how "pengetahuan yang lebih cepat daripada mereka yang kurang pendidikan (Rogers, 1995).
Karakteristik kewirausahaan sebagai determinan. Karakteristik kewirausahaan yang terdiri dari kebutuhan akan prestasi, kemampuan mengambil risiko dan locus of control sebagai dimensi telah diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan antara karakteristik kewirausahaan dan e-commerce adopsi. Karakteristik kewirausahaan ditemukan memiliki hubungan dengan kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan berdasarkan nilai koefisien beta. Berdasarkan hasil ditemukan bahwa: (1) manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan yang positif terkait dengan kebutuhan untuk pencapaian pengusaha, (2) kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan berkaitan positif dengan kemampuan pengambilan risiko pengusaha, dan (3) manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan berkaitan positif denganlocus of control dari pengusaha. Menurut Kirby (2004) dan McClelland (1961), pengusaha dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi yang ditandai dengan (1) tanggung jawab individu, (2) sedang (tidak tinggi) pengambilan risiko, (3) pengetahuan tentang hasil keputusan, (4) novel aktivitas instrumental, dan (5) mengantisipasi kemungkinan masa depan. Temuan dalam penelitian ini telah menunjukkan bahwa kebutuhan untuk berprestasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan tingkat pengadopsiane-commerce yang sejalan dengan temuan dari Keh et al. (2007) di mana para penulis menyatakan bahwa pemilik usaha pada dasarnya memiliki cara proaktif untuk mencari dan memanfaatkan informasi yang inovatif. Dengan kata lain, pengusaha dengan kebutuhan tinggi untuk berprestasi akan cenderung proaktif untuk menjaga kinerja perusahaan yang tinggi dan dengan segala cara, mudah untuk mengadopsi e-commerceuntuk memanfaatkan inovasi dari pasar virtual.
Kemampuan mengambil risiko memiliki hubungan positif dengan manfaat yang dirasakan dan hubungan positif yang signifikan dengan persepsi kemudahan penggunaan. Menurut Keh et al. (2007), pengusaha dilengkapi dengan mengambil risiko cara untuk mencari dan memanfaatkan informasi yang inovatif dan karenanya, kemampuan mengambil risiko ini telah dikaitkan erat dengan pengusaha sebagai pengusaha tidak dapat mengabaikan risiko (Kirby, 2004; Koh, 1996). Pengusaha dengan kemampuan mengambil risiko tinggi cenderung mengadopsi e-commercedengan mudah karena permintaan pasar bahkan manfaat e-commerceyang tidak pasti. Temuan dalam penelitian ini konsisten dengan kenyataan bahwa kemampuan pengambilan risiko secara positif terkait dengan persepsi kemudahan penggunaan secara signifikan, tapi tetap saja, hal ini tidak signifikan secara statistik untuk kegunaan yang dirasakan.
Locus of Control memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keduanya, kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan. Pengusaha dengan locus of control yang tinggi cenderung percaya bahwa pencapaian tujuan tergantung pada perilaku mereka atau karakteristik individu (Kirby, 2004). Dengan kata lain, mereka cenderung percaya bahwa alasan utama untuk keberhasilan mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri-sendiri atau karakteristik individu dimana mereka percaya bahwa mereka mendapatkan apa yang mereka tabur. Oleh karena itu, mereka lebih mudah untuk mengadopsi e-commerce karena mereka percaya bahwa mereka membuat pilihan yang tepat untuk mengadopsi e-commerce yang akan mengarah pada kinerja yang lebih tinggi dari perusahaan mereka pada akhirnya.

5          KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai setiap temuan yang dihasilkan dari penelitian ini, temuan yang mampu membuat beberapa kontribusi teoritis. Validitas variabel demografis sebagai variabel eksternal sangat penting karena variabel tersebut dalam konteks penggunaan teknologi, dalam konteks ini, adopsi e-commerce perlu direvisi dengan menggunakan model penerimaan teknologi dasar (TAM) sejak temuan telah membuktikan bahwa profil demografis (usia, etnis dan tingkat pendidikan) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan e-commerce.
Temuan penelitian ini memiliki implikasi lain juga untuk karakteristik kewirausahaan dalam perspektif penelitian tentang e-commerce adopsi yang menggambarkan faktor penentu dalam pengadopsiane-commerce antar pengusaha. Faktor penentu, karakteristik kewirausahaan, juga lebih diverifikasi kesesuaian dan validitas model penerimaan teknologi (TAM) dan penerapannya dalam pengukuran untuk pengadopsiane-commerce.
Selain implikasi teoritis, temuan penelitian ini juga menyarankan implikasi praktis yang penting untuk manajer sistem informasi atau pemilik bisnis online serta organisasi yang berencana untuk mengadopsi e-commerce. Hal tersebut terbukti dari penelitian ini bahwa untuk menghindari halangan pengadopsiane-commerce dalam sebuah organisasi, persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan yang dirasakan dari aplikasi e-commerce harus ditetapkan dengan memberikan pelatihan yang tepat (Zakariya Belkhamza & Syed Azizi Wafa 2009).
Karakteristik kewirausahaan membuat kontribusi penting terhadap implikasi praktis. Dengan mengidentifikasi karakteristik kewirausahaan yang diinginkan dan diperlukan individu, manajer sumber daya manusia akan lebih baik membuat keputusan yang tepat dalam merekrut untuk kandidat yang tepat bagi organisasi kewirausahaan. Selain itu, penting juga untuk pemasar untuk memfokuskan sumber daya pemasaran mereka di segmen demografis tertentu untuk membangun keuntungan dan hubungan jangka panjang dengan pelanggan yang tepat.