Untuk menjamin sejauh mana misi Teknologi Informasi (TI) , tujuan dan rencana bisnis mendukung dan didukung oleh misi bisnis, tujuan dan
rencana bisnis; para sarjana dan peneliti (misalnya Acur et
al. 2012) menekankan
pentingnya organisasi untuk menyelaraskan
strategi bisnis mereka dengan strategi Teknologi Informasi jika mereka ingin mendapatkan
business value yang lebih besar dari
usahanya dan investasi
TI. Akan Tetapi; menginvestigasi
kondisi yang sebenarnya pada penerapan jenis strategi tertentu masih belum terdevelop (Tallon
dan Pinsonneault, 2011). Akibatnya, yang
dilakukan perusahaan agar mencapai keunggulan kompetitif
melalui bantuan terus menerus dari kedua TI dan
manajer bisnis dan para eksekutif,
sangatlah penting mengeksplorasi kondisi yang mendasarinya dan risiko yang berkaitan dengan penerapan sistem, khususnya recourse Planning Perusahaan (ERP) IT. Lebih lanjut, karena formulasi strategi tersebut bagian dari proses manajemen strategis dalam rangka mencapai keuntungan kompetitif perusahaan dengan cara menciptakan
nilai ekonomi yang lebih dari para pesaingnya untuk visi
organisasi; keuntungan, kelemahan,
dan risiko yang menyertai penerapan sistem ERP yang
disajikan pada penelitian ini.
Kata kunci: Strategi Perumusan, Strategi IT, Sistem ERP, Competitive Advantage.
Kata kunci: Strategi Perumusan, Strategi IT, Sistem ERP, Competitive Advantage.
1.
Pendahuluan
Salah
satunya yang paling sering
dikutip, Drucker (1994)
mendefinisikan strategi dalam
lingkungan usaha sebagai teori tentang bagaimana untuk meraih keuntungan kompetitif.
Lebih lanjut, mengenal tingkat kompetisi dan kekuatan dalam industri ini dapat menolong perumusan strategi
bisnis yang tepat guna memberikan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan
(Hesterly,
2010) menyatakan bahwa Sistem Informasi strategis (IS) dan Teknologi
Informasi (TI) ini mendukung
strategi organisasi usaha yang
kompetitif untuk meningkatkan
hubungan dengan pelanggan
dan pemasok, menyediakan desain produk, dan meningkatkan produktivitas. Selain itu,
IS serta strategi TI dapat didorong oleh
strategi bisnis organisasi untuk mengisi permintaan bisnis yang berorientasi dan menyediakan produk atau
jasa baru untuk memperoleh
keunggulan kompetitif yang berkesinambungan (Tallon dan Pinsonneault,
2011). Hal ini untuk mengatakan bahwa para peneliti biasanya memperhatikan bagaimana
penggunaan IT untuk
menunjang strategi usaha organisasi,
dan fokus pada premis mempertimbangkan TI sebagai
perintah-taker teknologi
menghasilkan keuntungan ketika telah hati-hati
dipilih untuk sesuai dengan tujuan
organisasi dan tujuan
(Chan dan Reich,
2007).
Memang,
karena peran strategis IT, dan semakin butuhkan untuk integrasi sistem TI yang ada dan baru, IT manajemen strategis mendapatkan
perhatian dari para ilmuwan dan
manager (Chan
dan Reich, 2007).
Misalnya, Moody (2003)
mengeksplorasi hal penyelarasan TI dan
IT pemberdayaan. Gagasan
pertama dianggap dalam memperkenalkan
penyelarasan strategi TI organisasi
2. Formulasi Strategi melalui Proses Manajemen Strategia
2.1. Misi
Menurut
pandangan berbasis sumber daya, sumber daya
didefinisikan sebagai "sesuatu yang bisa dianggap sebagai kekuatan atau
kelemahan dari sebuah perusahaan tertentu" (Wernerfelt, 1984) dan dapat
mencakup nama-nama merek, pengetahuan di rumah, keterampilan personal, kontrak
perdagangan, mesin, prosedur yang efisien, modal, dan sebagainya.Perusahaan
dianalisis dalam hal sumber daya kunci dari produk-produknya. Lima Model
kekuatan kompetitif (Porter’s Five
Competitive Forces Model) digunakan untuk menjawab pertanyaan "Dalam
keadaan apa suatu sumber daya menyebabkan return yang tinggi
pada periode waktu yang lebih lama?".Menurut teori ini, hal yang paling
penting adalah menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya yang ada
dengan pengembangan sumber daya yang baru.
Kita dapat menemukan latar
belakang teoritis untuk hubungan antara ITIF dan CA dari RBV karena
dua alasan utama. Pertama,
berdasarkan definisi
sumber daya, ITIF menjadi
sumber daya yang penting karena dapat menghasilkan sebuah
perusahaan yang unggul dalam biaya
kepemimpinan, kualitas produk,
kecepatan pengiriman, dan desain fleksibilitas,
yang pada akhirnya membangun keunggulan
kompetitif atas pesaing (Gebauer
&Schober, 2006;Palanisamy&Sushil,
2003;Rackoff, Wiseman, &Ullrich, 1985).
2.2. Tujuan
berfokus
pada "bagaimana perusahaan dapat mencapai diversifikasi yang dengan
efektif menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya yang ada dan
eksplorasi yang baru."Dalam penelitian kami, infrastruktur IT yang
fleksibel memberikan kontribusi untuk diversifikasi perusahaan dengan tidak
hanya memperkuat kemampuan internal untuk operasi yang fleksibel, tetapi juga
mendukung pembentukan jaringan nilai seluruh organisasi secara dinamis.Dengan
memiliki ITIF, perusahaan yang telah terfokus pada kompetensi inti mereka,
terlihat lebih mudah dalam menjalin perjanjian jangka pendek maupun panjang
dengan perusahaan lain (Trimi, Faja, & Rhee, 2009). Organisasi-organisasi
mitra berkumpul sebagai bisnis web (B-web) di mana setiap peserta berfokus pada
kompetensi inti masing-masing (Tapscott, Ticoll, & Lowy, 2000). ITIF
memungkinkan organisasi untuk menggabungkan sumber daya mereka dengan
organisasi lain melalui IORyang dinamis (Trimi et al., 2009).
Hubungan antara ITIF dan CA organisasi didukung oleh sejumlah penelitian
sebelumnya (Tabel 1).Studi ini menganggap fleksibilitas sebagai kemampuan utama
IT. Komputasi awan atau cloud computing
(CC) merupakan tren saat ini dalam memperlengkapi organisasi dengan teknologi
informasi yang fleksibel, dengan biaya rendah dan cepat. Namun, saat ini CC
umumnya digunakan untuk teknologi informasi non-esensial (aplikasi dan
infrastruktur) pada organisasi maupun UKM.Sebagian alasannya adalah karena
banyaknya isu-isu yang berkaitan dengan CC (keamanan, ketersediaan,
standardisasi, integrasi), yang berada di luar ruang lingkup penelitian
ini.Namun, kurangnya pemahaman nilai bisnis CC adalah alasan utama bahwa bisnis
yang berlangsung belum menyesuaikan diri dengan komputasi awan itu
sendiri.Dengan demikian, penting bagi sebuah perusahaan untuk mengetahui dampak
ITIF terhadap keunggulan kompetitif perusahaan mereka.Hal tersebut merupakan
pertimbangan penulis dalam menetapkan ITIF sebagai variabel bebas dari
penelitian ini.
Selain itu, sebagimana ditunjukkan
dalam tabel 1, penelitian sebelumnyasecara
terpisahmenunjukkan bahwakemampuanITmemiliki dampak positifpada
banyakaspekdariCA, secara terpisah.Namun,tidak adapenelitian
sebelumnyayangmenelitidampakkemampuanITpadaCA secara multi-dimensional. Oleh
karena itu, dalam penelitian inikami mengembangkanmodel
yang komprehensifyang mencakupCAmulti-dimensi, dengan
dimensiyang disarankan olehpenelitian sebelumnya yaitu biaya
produksi, kecepatan dan
kehandalanpengiriman,kualitasproduk, dan
fleksibilitasproduksi, sertasecara
empirismengujidampakITIFpada masing-masing dimensi tersebut.
a. Fleksibilitas
Infrastruktur Teknologi Informasi (ITIF)
Duncan(1995)
melihatinfrastruktur ITsebagaiinovasi yang strategis.Ia menyatakankomponennyata dariteknologiinfrastrukturIT, yaitu
teknologiPlatform,teknologi jaringandantelekomunikasi, kunci data,danaplikasiintipemrosesan data. Duncanjuga
mengusulkankompatibilitas, konektivitas, danmodularitassebagai karakteristikinfrastruktur yang palingpenting
dariITIF.Berdasarkan ketiga karakteristik tersebut,
ia memperkenalkankerangka kerja untukmengevaluasiITIFseperti
yang ditunjukkanpada Tabel2.
Byrd dan Turner (2000) memperkenalkan dua komponen
ITIF yaitu infrastruktur IT teknis (pilihan yang berkaitan dengan aplikasi,
data, dan konfigurasi teknologi) dan infrastruktur IT manusia (pilihan yang
berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk mengatur
secara efektif sumber daya IT dalam suatu organisasi.
Gebauer dan Schober (2006) menilai dampak dari
fleksibilitas sistem informasi terhadap efisiensi biaya pada proses bisnis.
Untuk tujuan ini, mereka mendefinisikan fleksibilitas sistem informasi dalam
hal fleksibilitas dalam pola penggunaan (flexibility-to-use)
dan fleksibilitas untuk perubahan lebih lanjut (flexibility-to-change).Faktor untuk mengukur flexibility-to-use adalah fungsi sistem, ruang lingkup database, user interface, dan kapasitas
pengolahan.Sedangkan untuk mengukur flexibility-to-change
digunakan faktor personil, integrasi data dan fungsi, dan modularitas
komponen sistem.
Dalam studi ini,
penulis menggunakan definisiDuncantentangITIFyangberfokus
padakompatibilitas, konektivitas, danmodularitassebagaifaktorutama.Namun, ketika
uji coba pertama dilaksanakan, hasil penelitian
menunjukkanbahwaserangkaian pertanyaanyang berkaitan dengan modularitas
bersifat terlalu teknis untuk dijawab.Oleh karena itu,penulis hanya
menggunakankompatibilitasdan konektivitassebagai ukuranITIF.
3. Desain
Penelitian dan Metodologi
a. Model
Penelitian
Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menguji secara empiris dampak dari ITIF
terhadap komponen-komponen multi-dimensi dari keunggulan kompetitif (CA) suatu
organisasi.Analisis yang digunakan adalah analisis multivariate terhadap
kovarians (MANCOVA), dikarenakan keempat komponen CA dikategorikan dalam satu
kelompok.
Untuk variabel independen, berdasarkan nilai rata-rata
ITIF, penulis memisahkan kelompok sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok
ITIF tinggi dan kelompok ITIF rendah.Ukuran organisasi ini digunakan sebagai
variabel kontrol.Keempat dimensi CA digunakan sebagai variabel dependen yaitu
biaya produksi, kecepatan dan kehandalan pengiriman, kualitas produk, dan
fleksibilitas desain produksi.Penulis menggunakan SPSS 15.0 untuk analisis
data.
b. Variabel
Penelitian
i.
Fleksibilitas
Infrastruktur Teknologi Informasi (ITIF)
Pertama,
penulis menghitung nilai rata-rataITIFuntuksetiap organisasi.Kemudian, berdasarkan ini nilairata-rataITIFmasing-masing
organisasidiklasifikasikan ke dalam kelompok ITIF tinggi dan kelompok ITIF
rendahseperti yang telah dibahas sebelumnya.Dengan
demikian, variabel independenpenelitian initermasuk
kelompokITIFkuat dankelompokITIFlemah, dipisahkandengan
nilaimediansebagai titikpembagian.
ii.
Keunggulan Kompetitif
(CA)
Penelitian
inidifokuskan padaempat dimensi yaitu biaya, kualitas, kecepatan
pengiriman, dan fleksibilitasdalam desain.Faktor-faktor inidipilih karena padaumumnya telahdigunakan olehstudi
sebelumnyasebagai dimensiutamaCAuntukperusahaan manufaktur(Duray, 2006;Lin, Moore, Kincade,&Avery,
2002;Schonsleben, 2004;Miller&Roth,
1994; Vastag&Narasimhan, 1998).
iii.
Ukuran Organisasi
Ukuranorganisasi
penting dalam menganalisisjenisinvestasiITdan kemampuan untukmendapatkan
keuntunganstrategisdari IT.Untuk
mengukur organisasi dalam jurnal ini digunakan jumlah karyawan sebagai
indikator(Goode &Gregor, 2009).
c. Kelompok
Sampel
Penulis memilih total 190 supplier sebagai kelompok sampel. Oleh karena itu, penulis dapat
fokus pada industri di mana IT memainkan peran yang lebih penting dari industri
lain dengan berfokus pada supplier
perusahaan IT global. Peran pembeli pada penelitian ini adalah perusahaan
global utama yang menempati peringkat tertinggi sebagai perusahaan IT terbesar
di dunia dan merupakan salah satu dari 25 merek global (BusinessWeek,
2008).Enam puluh dua perusahaan supplier
menjawab kuesioner penelitian yang dengan demikian menghasilkan tingkat respon
sebesar 32%.Seperti disebutkan sebelumnya, supplier
dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan tingkat kekuatan ITIF mereka.
4. Hasil
Analisis Data
a. Karakteristik
Demografis dari Kelompok Sampel
i.
Ukuran Organisasi
Tabel 5 menunjukkan distribusi
organisasi dalam hal ukuran yang ditentukan oleh jumlah karyawan pada
masing-masing perusahaan.Terlihat bahwa 94% dari organisasi memiliki kurang
dari 500 karyawan.Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar organisasi
pemasok bagi perusahaan IT raksasaglobal dapat diklasifikasikan sebagai
perusahaan skala kecil dan menengah (UKM).Rata-rata jumlah karyawan adalah 241.
ii.
Tipe Bisnis
Sebagian besar perusahaan pemasok yang merespon penelitian bergerak di
bidang elektronik.Hal tersebut sesuai dengan perkiraan awal bahwa
perusahaan-perusahaan dengan jenis tersebut merupakan pemasok utama perusahaan
IT raksasa global.
b. Hasil
Analisis Kehandalan
Untuk mengukur reliabilitas konsistensi internal yang memberikan tingkat
keterkaitan dari masing-masing item digunakan nilai Cronbach’s alpha. Nilai yang baik untuk Cronbach’s Alpha adalah 0,7 (Nunally, 1978). Hasil uji reliabilitas
menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha
untuk konektivitas α = 0,778, sedangkan
α = 0,834 untuk kompatibilitas. Nilai-nilai alpha yang tinggi mampu
dijelaskan dengan fakta bahwa semua item yang diambil dari pengukuran telah
divalidasi oleh studi sebelumnya (Duncan, 1995).
c. Analisis
MANCOVA
i.
Korelasi Faktor-faktor
SebelummelakukanMANCOVA,
analisis korelasidilakukanantaravariabel dependenuntuk
memeriksa apakahMANCOVAadalahalat analisisyang tepat.Seperti
terlihat pada Tabel7, MANCOVAdapat
digunakankarenakeempatvariabel dependenmenunjukkanhubunganyang signifikandiantara mereka.
ii.
Persamaan Kovarians dan
Variansi Error
Box’s M Test dilakukan untuk
menguji kesetaraan matriks kovarians antara dua kelompok ITIF,
kuat dan lemah.Seperti yang terlihat pada
Tabel 8, hasil (0,226) tidak
signifikan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa matriks kovarians dari variabel dependen adalah sama di setiap kelompok, dan oleh karena itu, analisis MANCOVA dapat dilakukan.
Hasil Uji Levene dari Kesetaraan Kesalahan Varians tidak
signifikan untuk seluruh variabel. Dengan demikian, varians error dari variabel dependen sama di setiap kelompok.
iii.
Hasil dari Analisis
MANCOVA
Seperti terlihat pada Tabel 9, semua
nilai yang relevan termasuk Pillai Trace,
Wilks 'Lambda, Hotelling Trace, dan Roy’s
Largest Rootbersifat signifikan pada tingkat 0,10. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok ITIF kuat dan
kelompok ITIF lemah dalam hal empat dimensi CA. Hasil ini menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan dari ITIF pada empat dimensi CA ketika mereka dianggap
sebagai suatu faktor.
iv.
Hasil dari Tes
Univariat
Untukmengukur
efekdarimasing-masing kelompokITIFpada setiap dimensidalamvariabel dependen,
ujiunivariatedilakukan.Tabel 10
menunjukkan bahwa secara keseluruhan, ITIF
memiliki pengaruh lebih besar pada dimensikualitas
danfleksibilitasCA.
Ketika
dilakukan tesuntuk masing-masingdua kelompokITIFseperti yang ditunjukkan
padaTabel11, kelompokITIFkuatmenunjukkannilai
rata-ratayang lebih tinggidari kelompokITIFlemah dalamseluruh
dimensiCA.Kesenjanganantara kedua kelompokitu bahkanlebih besaruntuk kualitas
produkdanfleksibilitasdimensidesain produkdariCA, sesuai dengan harapan
penulis setelah melihat hasil uji MANCOVA.
5. DIskusi
Hasil analisis MANCOVA menunjukkan
bahwa ITIF mempengaruhi empat dimensi CA ketika mereka dianggap sebagai satu
kelompok.Hasilnya menunjukkan bahwa semakin kuat ITIF, semakin tinggi
keunggulan kompetitif (CA) dari perusahaan skala kecil dan menengah (UKM).
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang berfokus hanya pada satu
dimensi dari CA (Gebaurer & chober, 2006;.Chung et al, 2005; Palanisamy
& Sushil, 2003; Weill et al., 2002). Namun, hasil penelitian ini lebih
berarti daripada studi sebelumnya dalam beberapa aspek yaitu menguji dampak
ITIF dengan memasukkan beberapa dimensi CA, membuktikan bahwa ITIF mempengaruhi
CA keseluruhan ketika beberapa dimensi CA dianggap sebagai faktor tunggal dan
untuk setiap dimensi, menemukan bahwa kualitas produk dan fleksibilitas desain
produk adalah faktor yang paling dipengaruhi dimensi CA dari ITIF, dan fokus penelitian
pada UKM sebagai pemasok utama perusahaan IT global. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa UKM dapat memperkuat sebagian dimensi CA tanpa trade-off di
antara mereka ketika memiliki ITIF yang kuat.
Di sisi lain, hasil uji univariat menunjukkan bahwa kelompok ITIF tinggi memiliki CA yang lebih tinggi daripada kelompok ITIF rendah,
terutama dalam hal kualitas
produk dan fleksibilitas desain produk. Fleksibilitas yang lebih tinggi dari desain
produk pada kelompok ITIF tinggi dapat
dijelaskan oleh fakta bahwa ITIF mendukung
kemampuan organisasi untuk menyesuaikan proses operasi demi menghasilkan beragam produk dan disesuaikan sesuai dengan permintaan
pelanggan yang dinamis.
Kualitas produk yang lebih tinggi pada kelompok ITIF tinggi dapat didukung oleh fakta bahwa ITIF mendukung pembentukan IOR dinamis yang juga
disebut sebagai web bisnis (B-Web). Di bawah B-Web, sebuah organisasi terkemuka berfokus pada kompetensi
inti yang unik
dan melakukan outsourcing proses lain dengan mitra yang
memiliki kompetensi yang lebih baik dalam proses-proses
tersebut. Karena
setiap mitra B-Web hanya berfokus
pada kompetensi
inti dan saling melengkapi satu sama l ain, sinergi
yang kuat darikemitraan akan berkontribusi
terhadap peningkatan
kualitas produk. B-Web telah berkembang menjadi ekosistem dan platform bisnis. Teknologi informasi dan komunikasi memainkan peran kunci untuk tren ini dengan
membantu organisasi secara efektif dan ekonomis dalam mengkoordinasikan kemitraan dalam ekosistem (Williamson
&DeMayer, 2012).
Tidak
adanyahasil yang signifikanmengenaidimensibiaya produksimenunjukkan
bahwapeningkatankonektivitasdan kompatibilitasinfrastrukturITtidak
mendukungkemampuan organisasiuntuk mengurangibiaya produksi.Hasil inidapat dijelaskanoleh faktabahwafleksibilitasdesain produksangatsignifikan.Hal ini menunjukkan bahwaorganisasipada umumnyamengutamakan
penggunaanITIFuntuk meningkatkanfleksibilitaskemampuan produksidalam
haldiversifikasi produkdankustomisasidaripadamengurangi biayaproduksi
untukkomoditas.
Hasil
yang cukup mengejutkan adalah tidak signifikannya faktor kecepatan dan
kehandalan pengiriman.Hal
ini mungkin disebabkan karenapengirimandilakukan dengan outsourcingatautipe organisasiadalah
bagiandarirangkaian Manajemen Rantai Pasok (SCM) sehingga menyebabkan
organisasi tersebut tidak memilikibanyakkekuasaan untuk
mengambil keputusandalam infrastruktur IT. Untuk
menemukanjawaban untukhasil ini diperlukan penelitian lebih lanjut.
6. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki dampak dari fleksibilitas infrastruktur teknologi informasi
(ITIF) pada keunggulan kompetitif (CA) perusahaan-perusahaan skala kecil dan
menengah (UKM). Untuk tujuan ini, sebuah model yang komprehensif dibuat dengan
ITIF sebagai variabel bebas, ukuran organisasi sebagai kovarians, dan empat
dimensi CA termasuk biaya produksi, kecepatan dan kehandalan pengiriman,
kualitas produk, dan fleksibilitas desain produk, sebagai variabel terikat.
Hasil uji MANCOVA menunjukkan bahwa ITIF mempengaruhi empat dimensi CA ketika
mereka dianggap sebagai sebuah kelompok.Hasil analisis univariat menunjukkan
bahwa ITIF memiliki dampak yang signifikan pada kualitas produk dan
fleksibilitas desain produk.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fleksibilitas IT memiliki dampak positif yang signifikan terhadap UKM karena menyediakan keunggulan
kompetitif dalam banyak
aspek, serta dapat dikombinasikan dengan inovasi strategis dan proses
bisnis organisasi.
Munculnya berbagai teknologi dan layanan seperti komputasi on-demand, perangkat
lunak sebagai layanan, infrastruktur(komputer
dan jaringan) sebagai layanan, dan komputasi
awandapat digunakan oleh organisasi
dengan berbagai ukuran untuk
mencapai keunggulan
kompetitif. Komputasi
awan dapat menyediakan sumber daya komputasi organisasi dengan biaya rendah dengan tingkat skalabilitas, dan
fleksibilitas yang tinggi, dan sesuai permintaan tanpa pengaturan terlebih dahulu. Komputasi awan dapat dianggap sebagai pilihan yang
realistisbagi UKM yang tidak mampu melakukan
investasi modal besar dalam IT, namun masih memerlukan dukungan IT yang kuat untuk inovasi strategis dan operasional yang lebih efektif dalam proses
bisnis mereka. Meski komputasi awan memiliki beberapa kelemahan, manfaat komputasi awanyang dihasilkan cenderung lebih
besar.Komputasi awanmerupakanteknologi untuk bisnis secara keseluruhan.Sampel populasi dalam
penelitian ini tidak
menggunakan teknologi komputasi awan.Oleh karena itu, manfaat dari komputasi
awan dapat diukur
dan ditelaah oleh studi yang lebih jauh di masa depan.
Referensi
BusinessWeek (2008, September 18). The global brands: Annual
ranking of the top 100.
Byrd, T. A., & Turner, D. E. (2000).Measuring the flexibility
of information technology infrastructure: Exploratory analysis of a construct.Journal
of Management Information Systems, 17(1), 167-208.
Chung, S. H., Byrd, T. A., Lewis, B. R., & Ford, F. N.
(2005).An empirical study of the relationships between IT infrastructure
flexibility, mass customization, and business performance, The Database for
Advances in Information Systems, 36(3), 26-44.
Duncan, N. B. (1995). Capturing flexibility of information
technology infrastructure: A study of resource characteristics and their
measure, Journal of Management Information Systems, 12(2), 37-57.
Duray, R. (2006). Pursuing capabilities of flexibility and
quality: financial performance implications for mass customers.International
Journal of Mass Customization, 1(2-3), 260-271.
Gebauer, J., & Schober, F. (2006).Information system
flexibility and the cost efficiency of business processes.Journal of the
Association for Information Systems, 7(3), 122-147.
Goode, S., & Gregor, S. (2009). Rethinking organizational size
in IS research: meaning, measurement, and redevelopment. European Journal of
Information Systems, 18(4), 4-25.
Lin, S.-H., Moore, M. A., Kincade, D. H., & Avery, C.
(2002).Dimensions of apparel manufacturing strategy and production management.International
Journal of Clothing Science and technology, 14(1), 46-60.
Miller, J. G., & Roth, A. V. (1994).A taxonomy of
manufacturing strategies. Management Science, 40(3), 285-304.
Nunally, J. C. (1978). Psychometric theory (2nd ed.). New
York: McGraw Hill.
Palanisamy, R., & Sushil (2003).Achieving organizational
flexibility and competitive advantage through information system flexibility: A
Path Analytic Study.Journal of Information and Knowledge Management, 2(3),
261-277.
Porter, M. E. (1980). Competitive Strategy. New York: Free
Press.
Rackoff, N., Wiseman, C., & Ullrich, W. A. (1985). Information
systems for competitive advantage: Implementation of a planning processm. MIS
Quarterly, 9(4), 285-294.
Schonsleben, P. (2004). Integral Logistics Management: Planning
and Control of Comprehensive Supply Chain (2nd ed.). Florida: CRC Press
LLC.
Tapscott, D., Ticoll, D., & Lowy, A. (2000). Digital
Capital: Harnessing the Power of Business Webs. Boston, MA: Harvard
Business Review Press.
Trimi, S., Faja, S., & Rhee, S. (2009). Impact of the Internet
on interorganizational relationships.Service Business, 3(1), 63-83.
Vastag, G., & Narasimhan, R. (1998).An investigation of causal
relationships among manufacturing strategic intent, practices and
performance.In A. D. Neely, & D. B. Waggoner (Eds.), Performance
Measurement-Theory and Practice (pp. 679–686). Cambridge, UK: Centre for
Business Performance.
Weill, P., Subramani, M., & Broadbent, M. (2002).Building IT
infrastructure for strategic agility.MIT Sloan Management Review, 44(1),
57-65.
Wernerfelt, B. (1984). A resource based view of the firm. Strategic
Management Journal, 5(2), 171-180.
Williamson, P. J., & De Meyer, A. (2012). Ecosystem Advantage:
How to Successfully Harness the Power of Partners. California Management
Review, 55(1), 24-46.
Zhang, M. J., & Lado, A. A. (2001). Information systems and
competitive advantage: a competency-based view. Technovation, 21(3),
147-156.
wah informatif sekali ya tulisannya. terimakasih robin
BalasHapus