Senin, 09 Maret 2015

Analisa terhadap Risiko Pemilihan Sistem dan Pemodelan Ulang Proses Bisnis terhadap Kesuksesan Proyek Enterprise Resource Planning pada Usaha Kecil dan Menengah



Paper ini mendiskusikan implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) dalam konteks usaha kecil dan menengah (UKM). Ketidaktahuan mengenai risiko implementasi ERP akan menjadi masalah besar bagi UKM. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi untuk membantu perusahaan mengelola ERP mereka. UKM perlu memikirkan berbagai hal, terutama faktor biaya pelaksanaan, sebelum mengambil langkah pertama dalam implementasi sistem ERP. UKM memiliki sumber daya dan anggaran yang terbatas, serta sensitivitas yang besar terhadap biaya sehingga implementasi ERP berarti besar bagi usaha kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menilai hubungan antara faktor-faktor risiko ERP pada UKM yang berdampak kepada pengurangan biaya usaha dan biaya pihak lainnya pada keberhasilan proyek. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner. Responden adalah staf yang memiliki pengetahuan tentang ERP dan data dari kuesioner dianalisis dengan software SmartPLS.

Kata kunci: ERP, Risiko ERP, Implementasi ERP, UKM

PENDAHULUAN
Lingkungan bisnis berubah secara drastis. Globalisasi, persaingan internasional, kecanggihan teknologi dan fokus pelanggan yang terus tumbuh adalah hal yang saat ini dihadapi perusahaan. Perusahaan harus memperluas produk, mengurangi time-to-marketplace, mengurangi siklus hidup produk dan menghasilkan kualitas produksi yang lebih baik dengan pengembalian yang cepat, pengurangan biaya dan lebih banyak kustomisasi untuk memenuhi kebuthan pasar. Akibatnya, perusahaan semakin berfokus pada sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memenuhi tujuan tersebut. Sistem ERP diartikan sebagai: "paket perangkat lunak komersial yang memungkinkan integrasi data transaksi dan proses bisnis di keseluruhan perusahaan" dan mungkin mengintegrasikan seluruh rantai pasokan antar organisasi. Jika ERP berhasil, semua fungsi dari perusahaan saling terkait. Fungsi-fungsi ini terdiri dari sumber daya manusia, manajemen pesanan, manufaktur, sistem keuangan dan distribusi dengan pelanggan dan pemasok eksternal ke dalam sistem gabungan dengan berbagi visibilitas dan data. Di sisi lain, semua sumber daya, informasi dan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses bisnis dikoordinasikan oleh ERP, yang merupakan induk informasi.
Pemanfaatan ERP oleh UKM telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, elemen yang berpengaruh dalam pelaksanaan ERP telah menjadi pertimbangan. Pelaksanaan ERP menciptakan peningkatan kompetensi dan efisiensi operasional meskipun melibatkan biaya yang sangat besar. UKM memiliki sumber daya dan anggaran yang terbatas, dan sensitivitas yang besar terhadap biaya. UKM perlu memikirkan berbagai hal, terutama faktor biaya pelaksanaan, sebelum mengambil langkah pertama dalam implementasi sistem ERP. Risiko dan biaya bisa sangat besar untuk implementasi ERP. Tahap implementasi melibatkan biaya tersembunyi besar yang berdampak pada keberhasilan proyek selama siklus hidup ERP, sehingga keputusan tentang pelaksanaan ERP harus dipertimbangkan secara hati-hati.
UKM dan perusahaan besar secara substansial memiliki prinsip berbeda, yang mempengaruhi praktik pencarian informasi yang berdampak pada ERP. Proses kompleks dan panjang lebar pada pemenuhan ERP biasanya melanda perusahaan yang memaksanya untuk menghilangkan hambatan yang berbeda untuk kesuksesan proyek.
Proyek ERP dapat menimbulkan hambatan baru dan menyajikan faktor risiko baru yang harus ditangani dengan cara yang berbeda. Proyek ERP adalah tugas yang signifikan dan berbahaya untuk perusahaan ukuran apa pun, tetapi risiko lebih akan dirasakan UKM karena biaya yang dilampaui selama pelaksanaan dapat menyebabkan tekanan keuangan pada perusahaan dan karenanya signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sebelumnya, berbagai langkah peningkatan tingkat keberhasilan pengenalan ERP diberikan, namun kurang berpengaruh signifikan. Faktor risiko dan kebutuhan strategis untuk proyek, pengulangan pengalaman yang gagal, inovasi dan sebagainya menentukan sifat risiko proyek IT.
Penelitian ini didukung oleh upaya yang telah dilakukan sebelumnya oleh para peneliti dan kritikus. Singkatnya, penelitian ini, dengan menggabungkan empat konsep termasuk implementasi ERP, kerangka tiga tingkat risiko dan dua elemen faktor risiko dalam implementasi ERP, risiko pemilihan sistem ERP yang memadai dan model risiko process business re-engineering yang memadai, berupaya untuk membuat model yang lebih koheren untuk mengukur pengurangan biaya yang efektif pada keberhasilan proyek ERP. Tujuan pengembangan kerangka tersebut adalah: 1) Untuk mengidentifikasi hubungan antara faktor pemilihan sistem dan BPR pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP pada UKM, 2) Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengurangan biaya dan keberhasilan implementasi ERP. Memilih kriteria yang paling penting dari faktor risiko implementasi ERP. Untuk penelitian ini, UKM yang dipilih adalah representasi negara berkembang. UKM, yang memiliki peranan penting secara ekonomi, difokuskan dalam penelitian. UKM yang menjadi sampel penelitian ini adalah UKM yang dalam proses peneraan ERP atau telah menerapkan ERP.

Perspektif Teori: ERP adalah perangkat lunak yang telah muncul dalam dekade terakhir. Paket perangkat lunak ini mencoba untuk menyelesaikan berbagai fungsi dan proses bisnis sehingga dapat menyajikan keseluruhan tampilan bisnis dari arsitektur teknologi informasi tunggal. Sistem ERP dapat membantu dalam memanfaatkan dua aspek penting lainnya dari organisasi manajemen. Adam dan Haddara menemukan skala yang menghasilkan stok yang lebih rendah, peningkatan produktivitas, pengurangan waktu pengiriman, pengurangan siklus perencanaan, pengurangan jumlah produksi, pengurangan keterlambatan pengiriman.
Telah ditemukan bahwa proyek ERP berisiko dan rumit untuk diterapkan dalam usaha bisnis. Risiko tidak bisa dihindari oleh sebagian besar perusahaan saat meluncurkan produk baru atau berinovasi. Implementasi ERP penting bagi perusahaan sehingga mereka harus fokus pada risiko proyek ERP untuk membuat pelaksanaan proyek ERP berhasil.
Untuk UKM, risiko lebih tinggi karena biaya yang berlebih selama pelaksanaan dapat menghasilkan beban keuangan pada perusahaan sehingga berdampak pada kinerja perusahaan. Kegagalan implementasi ERP berakibat sangat besar bagi UKM dan mereka memiliki kesempatan kecil untuk pulih dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Sistem ERP adalah sistem yang besar dan kompleks dan menjamin perencanaan dan pelaksanaan yang matang untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan mereka. Kesempatan berhasil yang lebih tinggi didasarkan pada pemilihan ERP yang lebih baik. Dalam pelaksanaan proyek, pemilihan sistem ERP menjadi penting.
Proses pemilihan melibatkan pertimbangan investasi dari berbagai perspektif seperti vendor, harga, dukungan, adaptasi dan waktu pelaksanaan. Memilih paket perangkat lunak yang paling ideal adalah perhatian utama: jika membuat keputusan yang salah, perusahaan akan dihadapkan pada ketidaksesuaian antara paket dan proses bisnis, atau kebutuhan untuk perubahan besar yang memakan waktu, mahal, dan berbahaya. Jadi pelaksanaan proyek yang salah dapat menyebabkan kegagalan atau melemahkan sehingga cukup untuk mempengaruhi kinerja perusahaan. Kompetensi perangkat lunak harus dianalisis sebelum pelaksanaan dan efeknya pada proses bisnis dievaluasi.
Paket perangkat lunak tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi dan proses bisnis. Konsekuensinya adalah modifikasi perangkat lunak, yang mahal dan memberatkan dalam biaya pemeliharaan, atau restrukturisasi proses bisnis organisasi sesuai perangkat lunak. Mengabaikan desain ulang proses bisnis adalah risiko dalam proyek ERP, implementasi ERP dan kegiatan BPR. Untuk menuai keuntungan penuh sistem ERP, sangat penting bahwa proses bisnis disesuaikan dengan sistem ERP, karena literatur pada reengineering dan implementasi ERP telah menunjukkan bahwa ERP tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan kecuali perusahaan merekayasa ulang proses bisnis untuk sistem ERP.
Ketika ERP telah berhasil dilaksanakan, ERP menghubungkan semua fungsi organisasi yang meliputi "manajemen pesanan, manufaktur, sumber daya manusia, sistem keuangan, dan distribusi dengan pemasok eksternal dan pelanggan menjadi sistem yang terintegrasi dengan data dan visibilitas bersama”.

Model Penelitian: Gambar 1 menggambarkan model penelitian yang menggambarkan hubungan hipotesis. Pada model ini terdapat dua elemen faktor risiko implementasi ERP pada pengurangan biaya dan pengurangan biaya pihak lain pada keberhasilan proyek ERP.
ERP dipasarkan dengan mahal dan perusahaan yang lebih kecil tidak mampu mejangkaunya. Menerapkan sistem ERP membutuhkan pemikiran strategis yang menyeluruh yang memungkinkan perusahaan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dari proses bisnis mereka. Penting bagi perusahaan untuk memahami isu-isu risiko yang mempengaruhi implementasi ERP dan memberikan pertimbangan hati-hati pada isu-isu yang akan membawa pada kelancaran dan ketepatan waktu pelaksanaan sistem ERP. Sistem ERP masih merupakan pekerjaan yang mahal, terlebih lagi di perusahaan kecil. Informasi perusahaan yang tidak memadai tentang struktur kelayakan biaya dapat membuat atau membatalkan keputusan untuk melanjutkan atau meninggalkan sebuah implementasi ERP. Banyak bisnis kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup atau tidak bersedia untuk melimpahkan sebagian besar sumber daya mereka karena waktu pelaksanaan yang lama dan biaya tinggi pada implementasi ERP. Di sisi lain, perusahaan harus memperhatikan biaya yang berasal dari risiko tahap pelaksanaan ERP, mengidentifikasi faktor biaya dalam implementasi ERP yang berpengaruh dan karenanya pemahaman mereka sangat penting untuk keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek ERP juga sangat tergantung pada seberapa baik UKM dapat mengelola faktor risiko untuk mengurangi biaya. Juga penting untuk memperhatikan anggaran, perusahaan yang melebihi anggaran biaya menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Berdasarkan Al-Fawaz et. al.., Paivi Iskanius, Malhotra et al., Tsai et al. dan Peslak, studi ini memilih pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP sebagai kriteria yang signifikan. Untuk itu, penelitian ini memilih business process re-engineering yang memadai sebagai risiko implementasi ERP karena hasil signifikan yang disebutkan di atas.

Hipotesis Penelitian: Penentuan elemen tertentu yang penting bagi bisnis untuk dijalankan adalah salah satu metodologi mendasar, terutama untuk perusahaan-perusahaan kecil dalam pemilihan software. Menurut literatur, beberapa peneliti menyelidiki risiko implementasi ERP. Aloini et al., Boehm, Somers & Nelson menyebutkan bahwa pemilihan sistem ERP adalah yang paling penting bagi perusahaan. Berdasarkan pendapat ini, penelitian ini memilih sistem seleksi yang memadai sebagai risiko implementasi ERP. Memilih paket perangkat lunak yang paling cocok adalah perhatian utama, jika membuat pilihan yang salah; perusahaan akan dihadapkan pada ketidaksesuaian antara paket dan proses dan strategi bisnis, atau kebutuhan untuk modifikasi besar, yang menghabiskan waktu, mahal dan berisiko. Pelaksanaan paket perangkat lunak ERP melibatkan campuran perubahan proses bisnis dan konfigurasi perangkat lunak untuk menyelaraskan perangkat lunak dengan proses bisnis.

Hipotesis 1: Risiko pemilihan sistem yang memadai secara positif mengarah pada pengurangan biaya implementasi ERP.

Penerapan ERP dan BPR harus dilakukan bersama-sama. Di sisi lain, integrasi proses bisnis lebih mahal. Namun, karena kompleksitas dari BPR dan biaya tinggi, ini mungkin tidak menjadi cara yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, perlu sumber daya perusahaan yang diturunkan di dua proyek yang berkelanjutan. Paket ERP memberikan praktik bisnis terbaik yang mampu untuk dimasukkan sebagai salah satu bagian BPR. Tsai et al. menekankan bahwa implementasi ERP meliputi pembentukan perubahan proses bisnis yang sesuai serta perubahan teknologi informasi untuk secara signifikan meningkatkan kualitas, fleksibilitas, kinerja, responsif dan biaya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, BRP dianggap sebagai elemen yang memiliki makna yang signifikan dalam risiko organisasi. Oleh karena itu, hipotesis kedua bisa seperti di bawah ini:
Hipotesis 2: Risiko business process reengineering yang memadai secara positif mengarah pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP.

Di antara langkah-langkah kuantitatif yang menyajikan keberhasilan implementasi ERP, sebagai contoh waktu pelaksanaan aktual versus proyeksi, biaya pelaksanaan aktual versus proyeksi seperti penurunan waktu siklus, return on investment pada proyek ERP dan peningkatan keuntungan pasar. Sistem ERP masih merupakan pekerjaan yang mahal, terlebih lagi di perusahaan kecil. Informasi yang tidak memadai tentang struktur kelayakan biaya dapat membuat atau membatalkan keputusan melanjutkan atau meninggalkan sebuah implementasi ERP. Banyak bisnis kecil yang tidak memiliki sumber daya yang cukup atau tidak bersedia untuk menugaskan sebagian besar sumber daya mereka karena waktu yang lama dan biaya pelaksanaan tinggi yang terkait dengan implementasi ERP. Di sisi lain, perusahaan harus memperhatikan biaya yang berasal dari risiko tahap pelaksanaan ERP, mengidentifikasi faktor biaya dalam implementasi ERP yang berpengaruh dan karenanya pemahaman mereka sangat penting untuk keberhasilan. Keberhasilan suatu proyek ERP juga sangat tergantung pada seberapa baik UKM dapat mengelola faktor risiko untuk mengurangi biaya. Juga penting untuk memperhatikan anggaran. Perusahaan yang melebihi anggaran biaya menunjukkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah. Berdasarkan Malhorta dan Temponi, Al-Fawaz dkk., Tasi et al., Paivi Iskanius dan juga Peslak, hipotesis terakhir dapat didefinisikan sebagai:
Hipotesis 3: Pengurangan biaya secara positif mengarah ke keberhasilan proyek ERP.

BAHAN DAN METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Populasi dipilih dari karyawan perusahaan kecil dan menengah di Iran. Responden telah akrab dengan ERP yang telah bekerja untuk UKM. Ini adalah penelitian survei. Kuesioner dikembangkan setelah diperpanjang tinjauan literatur. Kuesioner diberikan kepada 150 karyawan untuk memahami persepsi dan sikap mereka terhadap penggunaan ERP. Pengumpulan data adalah langkah mendasar pada awal kegiatan perbaikan manapun. Proses ini akan memastikan penelitian dapat membandingkan data untuk mengukur dan menetapkan dasar penelitian. Tanpa informasi yang akurat dan relevan, peningkatan yang diberikan penelitian akan diragukan. Kuesioner membantu untuk melingkupi responden yang besar. Kuesioner didistribusikan kepada staf di UKM di Iran.

HASIL
Faktor Demografi: Informasi demografi dikumpulkan dari 150 karyawan, yang telah bekerja dengan ERP. Informasi ini menunjukkan jumlah dan karakteristik karyawan, yang dapat digunakan dalam menilai populasi karyawan. Data menunjukkan 33% responden berusia kurang dari 30 tahun dan lebih dari separuh responden (61%) berusia antara 31 dan 41 tahun, dan usia sisanya (6%) lebih tua dari 41 tahun. 58% dari responden adalah laki-laki dan 42% adalah perempuan. Empat puluh dua persen responden memiliki kurang dari 5 tahun pengalaman kerja, 46% memiliki pengalaman 5-10 tahun dan 12% lebih dari sepuluh tahun. 8% dari responden adalah diploma, 58% sarjana dan 34% adalah lulusan pascasarjana. Selain berdasarkan responden, data menunjukkan departemen peserta, yaitu 13% keuangan, 11% sumber daya manusia, 17% teknologi informasi, 11% manufaktur, 16% pemasaran, 4% pengadaan, 14% penjualan, 3% service dan 11% toko.

Analisis statistik: Kami menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk analisis data. Sekilas di literatur IT menunjukkan bahwa Structural Equation Modeling (SEM) diperlukan dalam memvalidasi instrumen dan pengujian hubungan antara konstruk. Prosedur PLS, sebagai salah satu teknik SEM, telah mendapatkan minat dan digunakan di kalangan peneliti dalam beberapa tahun terakhir karena kemampuannya untuk memodelkan konstruksi laten dalam kondisi non-normalitas dan untuk ukuran sampel kecil hingga menengah. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menentukan hubungan antara faktor-faktor konseptual yang diinginkan dan pengukuran yang mendasari masing-masing konstruk. Analisis logis dilakukan menggunakan smart partial least square (Smart PLS 2.0), yang mengadopsi teknik Structural Equation Modeling (SEM). Teknik PLS dapat sangat membantu untuk mendapatkan ukuran keandalan dan validitasmodel penelitian. Ukuran ini dapat menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara konstruksi-konstruksi yang didefinisikan dalam model. Ketiga konsep ini menjadi persyaratan model yang harus diperoleh. Dengan demikian, dalam rangka memastikan keandalan dan validitas model penelitian, makalah ini menunjukkan hasil dari perspektif reliabilitas dan perspektif validitas untuk konstruksi.


Keandalan dan Validitas: Validitas ditunjukkan ketika setiap item pengukuran berkaitan kuat dengan konstruk teoritis yang diasumsikan. Kedua validitas mengungkapkan beberapa aspek dari goodness of fit model, yaitu seberapa baik item pengukuran berhubungan dengan konstruksi. Validitas faktorial diterima, artinya setiap item pengukuran berkorelasi kuat dengan konstruk yang terkait dengannya, sementara berkorelasi lemah atau tidak signifikan dengan semua konstruksi lainnya. Smart PLS juga menunjukkan validitas. Menghasilkan validitas diskriminan membutuhkan analisis Average Variance Extracted (AVE) yang sesuai. Kami memeriksa apakah akar kuadrat dari setiap AVE (ada satu untuk setiap konstruk laten) jauh lebih besar daripada korelasi antara setiap pasang laten yang dibangun. Sebagai aturan praktis, akar kuadrat dari masing-masing konstruk harus jauh lebih besar daripada korelasi konstruk tertentu dengan salah satu konstruksi lainnya dalam model dan harus setidaknya bernilai 0,5 (Tabel 1).
Konsistensi semua variabel berdasarkan Fornell dan Larcker diterima karena mereka melebihi 0,70, yang menandakan realibilitas dapat ditoleransi. Smart PLS juga menunjukkan reliabilitas komposit. Tabel 1 menggambarkan hasil reliabilitas dan validitas analisis konstruksi yang berbeda pada kuesioner.
Nilai-nilai yang dapat diterima untuk reliabilitas komposit akan sama dengan set peneliti untuk alpha Cronbach. Reliabilitas komposit harus lebih besar dari 0,60 untuk tujuan eksplorasi. Reliabilitas komposit penelitian ini lebih besar dari 0,80 untuk semua pengukuran. Konsistensi diukur dengan Cronbach's alpha. Alpha harus lebih besar atau sama dengan 0,80 untuk skala yang baik, 0.70 untuk skala diterima dan 0,60 untuk skala dengan tujuan eksplorasi. Dalam penelitian ini, semua pengukuran memiliki nilai lebih besar dari 0,80. Membangun validitas diskriminan membutuhkan analisis AVE yang sesuai minimal 0,50. Dalam penelitian ini, semua pengukuran memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dari 0,50 (Tabel 1). Kami menemukan konsistensi yang memadai antar item dalam kuesioner; pemilihan sistem yang memadai, business process re-engineering yang memadai, pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP (Gambar 1).

Uji Hipotesis: Untuk memulai studi, sesuai dengan evaluasi dan prediksi model struktural, beberapa data tentang path coefficient,T-value (T), P-value (P) dan squared R (R2) diidentifikasi dengan detail.

Path coefficient: Path coefficient menunjukkan seberapa kuat dan signifikan hubungan antara variabel dependen dan independen. Artinya, path coefficient mengungkapkan pengaruh dari variabel (dianggap sebagai penyebab) yang menghasilkan variabel yang berbeda (dianggap sebagai efek). Karena path coefficient dapat diidentifikasi berdasarkan korelasi, ini menjadi standar sementara koefisien path regression tidak dapat dianggap standar.

T-Value: Menurut Reddy dan Chin (1998), untuk melakukan pengujian hipotesis jalur signifikansi dapat ditentukan melalui nilai t-tes dengan menggunakan prosedur bootstrap. Umumnya, nilai yang dapat diterima untuk T-nilai yang lebih besar dari dua (T-value> 1,96) berarti tingkat signifikan.


P-value: P-value dapat dianggap sebagai ukuran kuantitatif dari tingkat kepentingan pengujian hipotesis. Selanjutnya, mengenai studi yang dilakukan sebelumnya, P-value <0,05 menyiratkan signifikansi hipotesis terkait.

Squared R (R2): R2 menunjukkan efek yang diharapkan dari model variabel dependen melalui perkiraan persentase varian konstruk dalam model.

Hasil penelitian menegaskan bahwa identifikasi perusahaan secara positif berdampak pada kegunaan yang dirasakan (Beta = 0,536, p <0,001). Oleh karena itu, hipotesis H1 diterima (lihat tabel 2). Hipotesis kedua penelitian ini juga diterima. Hasil untuk efek proses bisnis re-engineering pada pengurangan biaya dalam implementasi ERP menunjukkan dampak positif pada kepuasan (Beta = 0,4638, p <0,001). Oleh karena itu, hipotesis H2 diterima. Hipotesis ketiga penelitian ini juga diterima. Seperti terlihat pada tabel 2 untuk hipotesis ketiga pengurangan biaya pada keberhasilan proyek ERP (Beta = 0,9277, p <0,001). Jadi hipotesis H3 diterima..
Singkatnya, hipotesis yang dirumuskan didukung oleh data. Kontribusi sistem yang memadai pada pengurangan biaya mencapai lebih dari 90% (R2: 0,929). Hal ini menunjukkan bahwa kriteria tersebut sangat signifikan dan penting dalam hal mengurangi biaya implementasi ERP yang merupakan perhatian utama di kalangan UKM. Analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pengurangan biaya dan keberhasilan proyek ERP. Nilai R2 menunjukkan jumlah varians dalam variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Dengan demikian, nilai R2 yang lebih besar meningkatkan kemampuan prediksi dari model struktural. Berdasarkan algoritma smart PLS (Tabel 2), nilai R2 untuk pengurangan biaya dalam model ini adalah 0,861 dan untuk keberhasilan proyek ERP adalah 0,861 yang berarti lebih dari 80% pengurangan biaya mengarah ke keberhasilan proyek ERP.

KESIMPULAN
Studi ini mengkaji dua elemen faktor risiko pada pengurangan biaya implementasi ERP dan juga kesuksesan implementasi ERP dalam konteks UKM. Penelitian ini mencoba untuk berkonsentrasi pada tujuan bisnis tanpa fokus pada perangkat lunak. Implementasi ERP mengarahkan perusahaan pada peningkatan produktivitas dan kompetensi operasional tetapi implementasi ERP membutuhkan biaya yang sangat besar sehingga risiko implementasi ERP dapat ditentukan sebagai kesulitan potensial. Ada beberapa kontribusi yang telah diidentifikasi dari studi ini dan menyoroti implikasi untuk penelitian dan praktik. Pertama, banyak peneliti telah meneliti tentang tahap implementasi ERP di perusahaan besar, namun sedikit yang berkonsentrasi pada UKM. Karena ada bukti kuat bahwa fungsi UKM berbeda dengan perusahaan besar, penelitian ini memberikan arahan khusus pada risiko UKM dalam tahap implementasi dan pengurangan biaya. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi dua faktor risiko implementasi yang dianggap penting bagi keberhasilan implementasi ERP di UKM.
Kedua, dalam menghubungkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, terlihat bahwa penemuan studi ini tampaknya sesuai dengan literatur, tetapi ada juga yang inovatif atau bertentangan dengan pengetahuan yang ada. Secara khusus, penemuan studi menegaskan bahwa faktor-faktor seperti pemilihan sistem seleksi yang memadai dan BPR yang memadai berpengaruh signifikan pada keberhasilan dari implementasi ERP di UKM. Penelitian ini sependapat dengan penelitian sebelumnya bahwa kedua risiko dan pengurangan biaya mungkin dipertimbangkan dalam implementasi ERP; namun studi ini membuktikan hal tersebut dalam lingkungan UKM.

3 komentar: